ISIS Klaim Bertanggung Jawab
JAKARTA (HR)-Nama kelompok militan radikal Islamic State of Iraq and Syria atau yang kerap disebut ISIS, tiba-tiba mencuat pascaterja-dinya ledakan bom di Sarinah. Hal itu setelah lembaga ini mengklaim bertanggung jawab atas teror bom tersebut. ISIS menyebutkan, para anggotanya mendalangi serangan teror untuk menargetkan warga asing di Jakarta.
Selain itu, aksi teror kemarin juga mencuatkan satu nama, yakni Bachrun Naim. Pria yang pernah divonis dua tahun bui karena memiliki amunisi ilegal ini, disebut ingin membentuk Katibah Nusantara yang juga merupakan bagian dari ISIS.
"Petempur ISIS melakukan serangan bersenjata pagi ini, menargetkan warga-warga asing dan petugas keamanan yang ditugaskan melindungi mereka di ibukota Indonesia," demikian pernyataan ISIS melalui kantor berita Aamaaq, yang merupakan aliansi ISIS melalui saluran Telegram seperti dilansir Reuters, Kamis (14/1).
Terkait hal itu, Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Tito Karnavian, memastikan pelaku teroris di gedung Cakrawala dan Jalan Thamrin Jakarta Pusat berhubungan dengan ISIS yang berpusat di Raqqa, Suriah.
"Jaringan pelaku berhubungan dengan ISIS yang berpusat di Raqqa," kata Tito dalam jumpa pers di Istana Negara, Kamis kemarin.
Tito menjelaskan, di bawah kepemimpinan Abu Bakr Al-Bagdhadi, ISIS mengubah strategi. Perubahan strategi yang dimaksud yakni tidak lagi menyerang di kawasan Suriah dan Irak, namun melebar ke seluruh dunia.
Disebutkan Tito, ISIS membuka cabang di seluruh dunia untuk melancarkan operasinya, seperti di Prancis, Turki dan Asia Tenggara.
Katibah Nusantara
Untuk kawasan Asia Tenggara, lanjut Tito, sedang terjadi persaingan memperebutkan kursi pimpinan tertinggi ISIS untuk kawasan ini. Salah satunya melibatkan kelompok Bahrum Naim, Pelaku teror kemarin, diyakini merupakan bagian dari kelompok Bahrum Naim.
Bachrun Naim sendiri disebut-sebut ingin membentuk Katibah Nusantara yang juga merupakan bagian dari ISIS.
"ISIS Asia Tenggara ada Bachrun Naim yang ingin mendirikan katibah Nusantara. Dia ingin dijadikan leader di kelompok ISIS Asia Tenggara," tambah Tito.
Untuk mewujudkan rencananya itu, Bachrun dikabarkan bersaing dengan kelompok dari Filipina Selatan yang sudah terlebih dahulu mendeklarasikan diri sebagai bagian dari ISIS.
Beberapa waktu lalu, peneliti dari National University of Singapore, Prof Dr Bilveer Singh dalam peluncuran buku 'Radikalisme dan Gerakan Islam non Mainstream dan Kebangkitan Islam Politik di Indonesia' di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Tamantirto, Kasihan, Bantul, Rabu (16/12), mengungkapkan munculnya islam radikal dengan nama Katibah Nusantara.
Katibah Nusantara merupakan kaki tangan ISIS. Kelompok ini juga dikepalai oleh orang Indonesia.
Menurutnya kelompok Katibah Nusantara ini juga sudah mengirimkan banyak anggotanya untuk berperang di negara-negara konflik seperti Afghanistan dan di Timur Tengah.
Pernah Dipenjara
Nama Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo alias Naim pertama kali mencuat ke permukaan ketika ditangkap Densus 88/Anti-Teror, pada 9 November 2010 lalu. Saat itu Naim ditangkap bersama sejumlah barang bukti berupa ratusan butir amunisi ilegal.
Dalam persidangan di PN Surakarta, ia 'hanya' dijerat dengan Darurat No 12/1951 tentang Kepemilikan Senjata Api dan Bahan Peledak. Putusan majelis hakim di PN Surakarta pada 9 Juni 2011 menjatuhkan vonis penjara selama 2 tahun 6 bulan. Ia dinyatakan bersalah karena tanpa kewenangan menyimpan 533 butir peluru laras panjang dan 32 butir peluru kaliber 9 mm.
Dalam persidangan Naim menolak disebut sebagai pemilik amunisi tersebut. Dia menyebutkan tas ransel hitam berisi ratusan amunisi tersebut sebagai barang titipan kenalannya yang bernama Purnomo Putro sejak pada tahun 2005. Purnomo hingga saat ini masuk DPO kepolisian atas dugaan terlibat kegiatan terorisme.
Setelah bebas dari penjara, Naim kembali berkiprah bersama jaringannya. Dia kemudian diketahui bergabung dengan kelompok ISIS. Namanya sering muncul dalam pemberitaan hampir setiap kali ada WNI yang diketahui bergabung sebagai simpatisan ISIS. (bbs, dtc, kom, ral, sis)