Khutbah Jumat
Kutbah, khususnya khutbah Jumat merupakan salah satu bentuk komunikasi yang didalamnya disampaikan suatu informasi. Sebagai salah satu bentuk dakwah, khutbah Jumat merupakan kegiatan yang paling banyak menyerap partisipasi umat.
Artinya kegiatan dakwah melalui salat Jumat sangat berpeluang menyampaikan informasi mengenai berbagai persoalan yang berkaitan dengan agama Islam dibanding kegiatan dakwah lainnya.
Oleh karena khutbah Jumat merupakan rangkaian salat Jumat, maka setiap hari Jumat orang Islam laki-laki berbondong-bondong datang ke mesjid. Tertarik atau tidak, jemaah Jumat akan selalu mendengarkan informasi dalam khutbah.
Secara teori setiap hari Jumat sekitar 60 persen pemeluk Islam laki-laki atau sekitar 70 juta (dari 120 juta laki-laki) memperoleh informasi melalui khutbah Jumat.
Maka setiap hari Jumat setidaknya akan tersebar suatu pesan agama 70 juta penduduk Indonesia yang beragama Islam. Cukup fantastis angkanya. Maka khutbah Jumat adalah salah satu media dakwah yang sangat efektif terhadap penyampaian pesan agama.
Ironisnya masalah ini belum tertangkap secara baik oleh lembaga dakwah atau khatib-khatib untuk mengelolanya secara profesional melalui suatu perencanaan yang sistematis. Jemaah sering mendengarkan khutbah hanya memenuhi kewajiban syar’i atau hanya sesuatu yang rutin saja. Padahal khutbah Jumat bukan sekedar melepaskan beban syar’i, akan tetapi juga harus merupakan teknik memecahkan permasalahan yang dihadapi umat, baik dalam bidang ubudiyah maupun dalam kehidupan sosial ekonominya. Berikut ini beberapa pandangan terhadap khutbah Jumat.
Salat Jumat seharusnya menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas diri dari umat Islam. Karena itu, materi khutbah Jumat sebaiknya tidak hanya mengenai iman dan takwa, tapi harus pula menyentuh persoalan terkini yang terjadi di tengah masyarakat. Demikian kata khatib Am Syuriah PBNU KH Malik Madani kepada Republika, 27 Maret 2015. Dilanjutkan, merujuk kepada sebuah hadis, agar khatib tidak selalu berpanjang-panjang dalam menyampaikan materi khutbah. Sebab hal tersebut berpotensi membuat jemaah bosan dan materi khutbah tidak terhayati dengan baik. Karena itu sebaiknya khutbah singkat dan tepat sasaran.
Selanjutnya dalam pandangan Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, khutbah Jumat merupakan momentum yang tepat membangkitkan semangat kaum muslimin untuk selalu berbuat baik dan membenahi kualitas hidup di dalam masyarakat. Abdul Mu’ti sepakat bila khutbah Jumat disampaikan secara ringkas dan harus menyentuh persoalan terkini. Begitu pula juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto, menyebutkan, bila hanya menyampaikan kajian-kajian formalitas, akan membuat jemaah merasa bosan dan tidak menghayati isi khutbah.
Karena itulah, menurutnya kajian dalam forum khutbah Jumat harus dapat memperingatkan umat Islam untuk selalu berbuat kebaikan. Masih banyak khatib hanya membaca panjang-panjang dan tidak nyambung, ini harus diubah.
Lucunya lagi, khutbah sudahlah panjang-panjang ditutup pula dengan kalimat, “demikianlah khutbah yang pendek ini,“ dan ada pula khatib yang sudah berpanjang-panjang khutbah, imam pun tak mau kalah. Begitulah yang sering kita temukan pelaksanaan salat Jumat.
Akhirnya mari kita introspeksi diri, para khatib, takmirin dan jemaah sendiri untuk menjadikan khutbah Jumat ini betul-betul sebagai sarana membenahi dan meningkatkan kualitas umat. Insya Allah. ***