Longsor Lagi di Bukittinggi, 1 Warga Tewas
BUKITTINGGI (HR)-Berselang 74 hari, musibah tanah longsor kembali menimpa Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Satu unit rumah semi permanen di kawasan Tambuo Parak Tinggi, Kecamatan Guguak Panjang, rusak akibat dihantam material longsor, Selasa (29/12). Dalam musibah itu, seorang penghuni rumah bernama Susi (43) meninggal dunia.
Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 02.15 WIB. Meski ketika itu tidak ada hujan, namun secara mendadak, tebing dengan ketinggian sekitar 25 meter di kawasan rumah itu runtuh lalu menghantam rumah Susi yang persis berada di kaki tebing. Material longsor yang terdiri dari batu, tanah dan pepohonan itu membuat rumah Susi jadi porak poranda.
Biasanya, dalam rumah tersebut dihuni oleh tiga orang. Namun saat kejadian itu, rumah tersebut hanya dihuni korban sendiri, karena suaminya bernama Ujang dengan pekerjaan sopir truk, sedang melakukan perjalanan ke Jakarta. Sementara, anaknya bernama Windi sedang pergi ke rumah temannya di Solok.
Awalnya, Tim SAR dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bukittinggi bersama unsur TNI, Polri dan tim terkait lainnya beserta unsur masyarakat setempat mencoba menyelamatkan Susi yang terjebak dalam rumah.
Namun kondisi medan yang tak memungkinkan membuat alat berat tidak bisa masuk ke lokasi kejadian dan membuat proses evakuasi pada Selasa dini hari dilakukan secara manual. Sekitar pukul 05.50 WIB, barulah Tim SAR berhasil menemukan korban yang tergeletak di dalam kamarnya.
Korban ditemukan dalam reruntuhan material bebatuan dan tanah dengan posisi tertelungkup dengan kaki mengarah ke atas. Selanjutnya, jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi untuk divisum.
Suara gemuruh yang cukup keras saat tejadinya longsor itu ternyata juga mengagetkan warga sekitar. Hampir seluruh warga sekitar rumah itu ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Awalnya mereka menganggap kejadian itu adalah kejadian gempa bumi. Bahkan sejumlah tetangga korban mengaku sempat mendengar teriakan korban minta tolong saat longsor itu terjadi.
Menurut keterangan ponakan korban bernama Willy (17), dirinya tersentak bangun tidur saat mendengar ada suara seperti gemuruh dan mendengar seperti ada reruntuhan tanah yang menghantam atap rumahnya. Khawatir akan terjadi sesuatu, spontan Willy berlari ke luar rumah dengan melompati jendela rumah bagian depan.
Sementara salah seorang tetangga korban bernama Elvi Diyanti (45) mengatakan, saat peristiwa itu terjadi dirinya bersama anak-anaknya sedang tertidur nyenyak, dan tersentak mendengar suara bergemuruh. Elvi Diyanti dan anaknya segera keluar dari rumah. Dan saat itu ia terkejut melihat rumah tetangganya Esi (41) sudah ambruk dihimpit batu dan kayu.
Peristiwa tanah longsor kemarin nyaris sama dengan yang terjadi 74 hari sebelumnya. Longsor juga menimpa rumah kontrakan Lusmianti (28) atau Lilis di bawah tebing kawasan Gulai Bancah, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS) Kota Bukittinggi, Jumat (16/10) lalu. Longsor terjadi setelah Kota wisata itu diguyur hujan.
Untung saja Lilis beserta dua orang anaknya selamat. Sementara kondisi rumah dari papan itu terdorong ke depan hingga satu meter. Bahkan rumah itu terancam ambruk dan sudah tidak layak huni lagi. (h/wan)