BI Siapkan Rp80,7 T
Jakarta (HR)-Bank Indonesia memperkirakan kebutuhan uang yang ditarik oleh perbankan pada Desember 2015, termasuk menjelang Natal dan pergantian tahun sebesar Rp80,7 triliun, dengan porsi 27 persennya akan ditarik untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
"Jumlah itu naik 10,7 persen dibandingkan realisasi kebutuhan pada Desember tahun lalu sebesar Rp72,9 triliun," kata Kepala Grup Operasional Pengelolaan Uang BI Luctor E. Tapiheri di Jakarta, Selasa (22/12).
BI menurut Luctor, akan meningkatkan jumah pengiriman uang dari Jakarta ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia di berbagai daerah dan peningkatan layanan kas untuk penukaran uang kepada masyarakat.
Secara rinci, Luctor memperkirakan kebutuhan uang yang akan ditarik untuk Jabodetabek sebesar Rp22,3 triliun untuk wilayah Sulawesi, Maluku, Papua sebesar Rp11,6 triliun, Kalimantan Rp7,7 triliun, Sumatera Barat, Kepulauan Riau dan Jambi Rp7,3 triliun, Jawa Timur Rp7 triliun, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Rp6,8 triliun, Sumatera Utara dan Aceh Rp5,6 triliun, Jawa Barat dan Banten Rp5,4 triliun, Bali dan Nusa Tenggara Rp3,9 triliun serta Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu dan Lampung Rp3,1 triliun.
Hingga dua hari jelang Natal, setidaknya uang tunai yang sudah ditarik sebesar Rp40,3 triliun atau 50 persen dari jumlah proyeksi.
"Ke depannya, untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat, kita tingkatkan distribusi ke daerah dan juga pembukaan layanan kas keliling dengan berbagai sumber daya yang dimiliki," ujarnya.
Sedangkan, untuk jumlah Uang Yang Diedarkan (UYD) pada akhir tahun ini, kata Luctor, jumlahnya mencapai Rp581,3 triliun. Jika dibandingkan dengan jumlah tahun lalu sebesar Rp528,5 triliun, jumlah itu meningkat 10 persen. Namun pertumbuhan itu lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya dalam 10 tahun terakhir sebesar 15 persen.
Dari sisi sistem pembayaran non tunai, BI akan mengantisipasi kemungkinan lonjakan transfer baik yang dilakukan baik melalui sistem "Real Time Gross Settlement" (RTGS) maupun Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
"Masyarakat tidak perlu khawatir soal kesiapan uang. Masyarakat juga harus hati-hati dalam bertransaski dan selalu cermat dengan ciri-ciri keaslian rupiah," ujarnya. (ant/mel)