Ditemukan Lalat di Inkubator Sebelum Bayi Kembar Meninggal
MEDAN (HR)-Seorang ayah tidak bisa melupakan kejadian pahit saat menemukan bayi kembar yang dicintainya pergi untuk selama-lamanya di RSUP Adam Malik Medan. Hingga kini dia dan istrinya belum bisa menerima Moses dan William Hutagalung meninggal begitu saja karena keteledoran dan kecerobohan petugas medis yang menangani anak mereka selama dirawat di sana.
Wesly Hutagalung dan Nurjulita br Tinambunan telah menandatangani kronologi kejadian yang sebenarnya dalam sebuah surat untuk meminta penjelasan yang ditujukan kepada pihak rumah sakit. Namun sampai hari ini tidak ada niat baik dari pihak rumah sakit untuk memberikan penjelasan saat anak mereka harus meninggal karena kehabisan oksigen saat keduanya diputuskan untuk dimasukkan ke dalam ruang inkubator.
Wesly Hutagalung dan istrinya saat harus merelakan anak kembar pertamanya Moses Hutagalung harus pergi meninggalkan mereka "Sampai sekarang pun mereka tidak mau memberikan pejelasan yang detail kenapa anak saya bisa meninggal dan kenapa begitu banyak kejanggalan seputar kematian anak saya," ujar Wesly saat ditemui di kediamannya, Selasa (1/12).
Tepatnya 3 September 2015 yang lalu Wesly dan istrinya memutuskan untuk melahirkan di RSUP Adam Malik melalui operasi cesar usai memasuki kehamilan 32 minggu. Usai dioperasi bayi kembar mereka selamat namun diputuskan harus mendapat perawatan dalam ruang inkubator karena didiagnosa twin to twin transfusion syndrome (TTTS).
Namun setelah seminggu mendapatkan perawatan, ia menemukan kejanggalan demi kejanggalan dalam penanganan bayi mereka. Termasuk saat petugas medis jaga ditemukan tertidur saat jam bertugas. Dia juga tidak mengerti kenapa bayinya ditangani oleh dokter yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang artinya belum spesialis dan tidak memiliki pengalaman menangani pasien yang sedang sakit.
"Saya melihat bayi saya kondisinya memprihatinkan karena peningkatan bilirubin yang mengharuskan pemakaian sinar UV, kondisinya tidak lebih baik dari hari sebelumnya. Saat itu mereka diharuskan menggunakan CPAP (alat bantu pernafasan). Pada malam itu saya temukan CPAP terlepas," ujarnya.
RSUP Adam Malik Medan
Cobaan pertama datang saat anak kembarnya yang pertama Moses harus pergi gara-gara petugas medis yang tidak profesional dan tak mengetahui kenapa alat bantu pernafasan anak saya bisa lepas sehingga menyebabkan kematian.
"Malang tidak dapat ditebak, sesaat saya baru saja tiba di rumah tepat pukul 22.00 Wib, langsung saya mendapat kabar dari Bapak saja dari telepon, bahwasannya anak saya yang pertama didapati istri saya sudah tidak bernafas.
" Di situ perasaan Wesly hancur karena beberapa hal yang sepatutnya tidak ditemukan dalam ruangan khususnya di ruang bayi ternyata terlihat jelas oleh istrinya Nurjulita. Istri saya mendapatkan muntahan anak kami yang ke dua keluar dari mulutnya yang tidak selau dibersihkan dan hanya dibiarkan begitu saja mengalir ke bawah ke bagian kuping bayi saya.
" Bahkan selang oksigen/CPAP yang terlepas sampai menutupi mulut tapi tidak diketahui petugas medis hingga membuat istrinya kesal saat mendapati penutup kepala bayi telah menutupi mata.
"Tak hanya itu, istri saya juga mendapati salah seorang perawat yang sedang mengusir seekor lalat yang masuk ke dalam tabung inkubator bayi kami, yang tatkala upaya itu tidak tuntas karena istri saya masih melihat lalat bersembunyi dalam tabung. Saya pun melihat lalat ini terbang di dalam ruangan tanpa ada upaya untuk menghilangkan lalat sumber kuman itu," katanya.(tbn/rio)
Puncak kemarahan Wesly dan keluarganya tatkala berselang sehari kemudian dia juga harus merelakan anak keduannya William pergi. Dia terbujur kaku karena oksigennya habis.
"Tak dapat disangka, tabung oksigen yang saya temukan tidak menandakan indikator ketersediaan, tidak sedikitpun lagi, karena indikator bola oksigen telah diam total dan tidak bergerak lagi," katanya.
Lalu dia menanyakan dengan tegas kepada dokter PPDS yang bertugas saat itu bernama dr. Corollus yang menjadi salah tingkah mencoba mengecek tabung oksigen yang sudah tidak ada isinya lagi.
Di sinilah beberapa perawat yang harusnya bertugas jaga bangun dari tidurnya, setelah dia menumpahkan kemarahannya.(tbn/rio)