PWI Pelalawan Bantu Bocah Penderita Jantung Coroner
Pangkalan Kerinci (HR)- Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia Kabupaten Pelalawan menyerahkan bantuan bagi bocah penderita jantung Coroner, Nurul Aisyah (2,2), Selasa (1/12) kemarin.
Bantuan berupa uang tunai itu diserahkan langsung Ketua PWI Pelalawan Asnol Mubarak, kepada Mahmudin dan Suhaili, ayah dan ibu Nurul Aisyah di Kantor PWI Perwakilan Pelalawan, Jalan Akasia Kelurahan Pangkalan Kerinci Kota.
"Jangan ditaksir jumlahnya, karena memang tak seberapa. Lebih dari itu adalah ini sebagai bentuk kepedulian PWI terhadap ananda Nurul Aisyah. Mudah-mudahan, bisa meringankan beban orang tua atau juga bisa menebus obat yang tidak tersedia di rumah sakit," kata Asnol.
Asnol menjelaskan dana tersebut berkat upaya penggalangan Peduli Nurul Aisyah yang dilakukan pengurus PWI Pelalawan saat dihelat momen HPN tingkat Kabupaten Pelalawan beberapa bulan lalu. "Bantuannya tak hanya bersumber dari kawan-kawan wartawan yang tergabung dalam PWI, tapi ada juga pegawai dan masyarakat umum," paparnya.
Orang tua Nurul Aisyah, Mahmudin, hanya mampu menyampaikan rasa terima kasihnya kepada PWI Pelalawan yang turut prihatin terhadap kondisi anaknya. "Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih atas bantuan ini. Hanya saja, saya juga minta tolong sampai anak saya ini dioperasi, karena sampai sekarang belum terlaksana," harapnya.
Dan memang harapan besar Mahmudin (50) dan Suhaili (35) agar anaknya Nurul Aisyah (2,2) segera sembuh dari sakit yang dideritanya belum terwujud. Kendati sudah dua kali mendatangi RS Harapan Kita di Jakarta, namun bocah penderita jantung bocor gagal dioperasi.
"Sudah kedua kali kami ke RS Harapan Kita di Jakarta agar anak saya dioperasi, tapi kedua kalinya juga tetap gagal," terang Suhaili, ibu Nurul Aisyah penderita jantung ditemui di Kantor PWI Perwakilan Pelalawan, Selasa (1/12).
Pemegang kartu Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Pelalawan yang tergolong miskin ini pun membeberkan kegagalan operasi anaknya. Menurutnya, saat pertama ke Jakarta, mereka didampingi pihak Diskes Riau sekitar Februari atau Maret lalu menggunakan pesawat. Saat itu, pihak RS Harapan Kita menunda operasi Nurul."Katanya, kala itu menunggu jadwal antrean. Ya, kami pulang lagi ke Pangkalan Kerinci," katanya.
Selanjutnya, keluarga tak mampu yang menumpang di salah satu kamar bangunan papan di belakang Rumah Makan Carano Jalan Lintas Timur, Pangkalan Kerinci Timur ini menambahkan, kemudian pihak Rumah Sakit Jantung Jakarta Barat itu menjadwalkan pelaksanaan operasi jantung anaknya pada 15 November lalu.
Sebelum hari operasi, Suhaili bersama anaknya Nurul Aisyah beserta ibunya pun menumpang bus berangkat kembali ke Jakarta. Meski melelahkan menggunakan transportasi darat, namun demi kesembuhan anak mereka dan memakai ongkos perjalanan sendiri serta tanpa pendampingan mereka rujuk lagi ke RS Harapan Kita.
Alih-alih cerita sedih keluarga tak mampu ini belum berujung. Kendati harus membayar kos yang sangat mahal di dekat rumah sakit, ternyata pihak rumah sakit berulah. "Awalnya soal surat pengantar dari Pemprov yang foto copian dan harus yang asli, tapi masalah itu selesai.
Adalagi kendala lain, dokter yang menangani Nurul sedang pendidikan," ungkapnya sedih.
Memang masih ada harapan, Suhaili yang sampai kembali ke Pangkalan Kerinci, Jumat (27/12) mengatakan, operasi anaknya kembali akan dilaksanakan antara bulan Januari dan Februari 2016. Menurut pihak rumah sakit, mereka harus datang kembali sekitar 20 Januari 2015 nanti. Itu pun anak saya harus dicabut lima batang giginya karena dikhawatirkan terjadi infeksi pada saat operasi.
"Kemarin itu uang tak ada untuk cabut gigi lima batang Rp500 ribu," ujarnya sambil menambahkan di Jakarta mereka juga mendapatkan bantuan Rp1,5 juta dari Kantor Penghubung Pemrov Riau di Jakarya. Kendati belum tahu dari mana mendapatkan biaya ke Jakarta lagi, namun menjelang 20 Januari tahun depan, Suhaili tetap akan membawa anaknya
untuk operasi di Jakarta.
"Kalau operasinya memang ditanggung pemerintah, soal makan dan nginap di Jakarta belum tahu. Kemarin nginap di kos kurang lebih dua minggu tapi sewanya jutaan rupiah. Bagaimanalah nantinya," paparnya.
Dikatakannya, sejauh ini, Pak Udin dan Suhaili mengaku, anaknya yang bernama Nurul Aisyah tetap ketergantungan obat dari rumah sakit. Karena itu, dua minggu sekali harus rutin cek dan obat ke Rumah Sakit Selasih.
"Kadang kalau obatnya tak ada, terpaksa kami beli di apotek. Kalau tak makan obat kondisi duh, kasihan melihatnya. Tapi sekarang agak mendingan, karena di Jakarta beli obat yang mahal atas anjuran rumah sakit sana," tutupnya. (pen)