HMI yang Masih Jadi Harapan
Sepekan terakhir masyarakat Riau dihebohkan ulah Romli. Di mana-mana orang asik membicarakan Romli. Sehingga polularitas Romli meningkat drastis.
Usut punya usut ternyata Romli ini bukanlah nama seseorang. Romli merupakan singkatan dari rombongan liar yang meramaikan Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) XXIX. Kongres ini dibuka oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Minggu (22/11) di salah satu hotel di Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar.
Ya, Romli bak menjadi magnet awak media. Hal ini tak terlepas dari ulahnya ketika mulai masuk ke Riau. Menurut pemberitaan media, Romli ini hanyalah sekelompok penggembira pada kongres organisasi mahasiswa Islam tersebut. Mereka bukanlah peserta resmi dari kongres.
Aksi pertama yang mendapat perhatian ketika Romli tidak membayar makan di salah satu rumah makan di Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu. Tindakan tak terpuji Romli berlanjut ketika mereka sampai di Pekanbaru. Ribuan Romli ini mengamuk dan merusak sejumlah fasilitas umum karena mereka merasa tidak mendapat perhatian dari panitia lokal.
Terakhir, aksi Romli makin brutal karena menyerang salah seorang panitia lokal sehingga menyebabkan panitia lokal itu terluka. Lebih tragisnya polisi menemukan sejumlah senjata tajam yang dibawa Romli. Tindakan tersebut mengharuskan polisi bertindak.
Berbagai tindakan Romli jelas-jelas memancing emosi warga Riau karena tidak mencerminkan sikap seorang mahasiswa yang diidam-idamkan masyarakat. Bagaimana calon pemimpin ke depan kalau generasi mudanya seperti ini. Namun memang tidak semuanya berperilaku seperti itu. Maka tak adil juga kita menyudutkan organisasinya karena belum tentu mereka itu adalah anggota organisasi tersebut (HMI, red). Mudah-mudahan anggota HMI tidak seperti itu.
Karena sebagai organisasi mahasiswa Islam terbesar dan tertua di Indonesia, banyak orang menaruh harapan besar terhadap kader-kader HMI. Di media sosial saya melihat banyak yang masih bangga sebagai anggota aktif maupun mantan anggota HMI. Mereka menulis diakunnya dengan kalimat awalnya seperti ini "Saya juga HMI", "Saya mantan anggota HMI".
Tak dipungkiri memang, banyak sekali alumni HMI yang telah berhasil menduduki posisi penting di negara ini baik di tingkat pusat maupun di daerah.
Oleh sebab itu masyarakat harus dibuat bangga oleh kader HMI. HMI harus memberikan kontribusi terhadap negeri ini terutama di Provinsi Riau. Apalagi biaya penyelenggaraan kongres yang mencapai Rp3 miliar mendapat sorotan sangat tajam dari berbagai elemen. Kader HMI hendaknya turut berjuang memperjuangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat Riau. Apalagi kalau bicara jujur, saat ini masyarakat Riau banyak yang sedang "galau" karena himpitan ekonomi. Kalau tak percaya rajin-rajinlah kita ngobrol dengan masyarakat Riau.
Oleh sebab itu alumni dan kader HMI jangan kecewakan masyarakat, jangan semakin membuat masyarakat tak percaya. Karena saat ini masyarakat Indonesia tengah mengalami krisis kepercayaan kepada pemimpinnya karena berbagai kasus korupsi yang tak henti-hentinya terjadi.
Jadilah alumni dan kader HMI yang baik sebab perubahan diharapkan dari kader-kader organisasi Islam.***