Suka Duka Menjadi Guru di SLB Negeri

Suka Duka Menjadi Guru di SLB Negeri

PASIR PENGARAIAN (HR)- Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa pantas didapatkan oleh sosok guru honor Ilni Aprida yang telah mengabdikan dirinya untuk selama kurang lebih 10 tahun, dalam memberikan ilmunya kepada para siswa yang mempunyai kebutuhan khusus.

Ilni panggilan akrabnya yang mengabdikan dirinya mengajar di Sekolah luar biasa Pasir Pengaraian merasakan suka-duka dalam memberikan ilmu kepada para murid yang semuanya memiliki kekurangan baik fisik maupun mental.

Ilni mengaku, dalam memberikan pembelajaran kepada anak-anak yang memang memiliki kekurangan baik fisik maupun mental perlu kesabaran yang tinggi. Namun dirinya tetap sabar dalam menjalankan profesinya sebagai guru bagi anak didiknya.  

"Tugas kami lebih berat mas, dibandingkan dengan guru bisa yang mengajar di sekolah yang memang muridnya tidak memiliki kekurangan baik fisik dan mental. Namun kami anggap itu merupakan ibadah dalam memberikan ilmu bagi mereka. Agar tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain," katanya, Rabu (25/11) saat ditemui di sekolahnya.

Walaupun tugasnya lebih berat dari pada guru biasa, dirinya menggangap mengajar anak-anak SLB lebih banyak suka dari pada duka. Dimana, melihat keceriaan dalam wajah seorang anak yang memiliki kekurangan baik fisik maupun mental, menjadi kepuasan tersendiri baginya.

Ia menambahkan, melihat anak yang tersenyum ceria yang muna mungkin di lingkungan tempat dirinya bermain dipandang sebelah mata. Namun di SLB ini anak-anak tersebut tampak ceria tanpa beban.

Dirinya sendiri juga harus ekstra sabar dalam mengajar muridnya. Dimana, Ilni mengaku mengajar anak yang memiliki kekurangan pada mentalnya atau tuna grahita. Dimana, anak yang mengalami kekurangan ini memiliki daya tangkap yang kurang dan daya serap otaknya juga sangat lemah.

"Kalau mengajar itu harus ekstra sabar mas. Misalnya kalau di ajarkan huruf A. Anak-anak ini sulit menangkap, hari ini diajarkan besok sudah lupa. Tapi ini ibadah mas jadi dibawa senyum saja," jelanya.

Lebih lanjut dijelaskannya, bila mengajar didasari dengan ibadah semuanya terasa indah. Tak jarang anak didiknya selalu berbuat usil kepada dirinya. Dengan tidak mendengarkan ucapan, nakal, dan sebagainya.  Di hari guru yang bertepatan pada 25 November ini, dirinya berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan kesejahteraan guru, terkhusus bagi guru bantu dan honorer.

Dirinya sendiri merasa honor yang diperolehnya juga jauh dikatakan dari sejahtera. Dimana, dirinya hanya menerima honor Rp1,5 juta per bulannya. Honor tersebut dirasa masih kurang bisa mensejahterakan para guru.

Walaupun begitu dirinya tetap akan mengabdikan dirinya sebagai guru. "Kalau bisa honor kami ditambah lah mas. Tugas kami kan lebih berat dari pada guru biasa," tuturnya. Masih di tempat yang sama, kepala sekolah sekaligus guru di SLB Pasir Pengaraian Palus menuturkan, di SLB ini ada sekitar 87 murid serta 14 guru yang mengajar.

Palus mengungkapkan, dirinya yang juga mengajar bagi anak tuna netra mengungkapkan. Dalam mengajar diperlukan ?kesabaran yang tinggi. Pasalnya anak-anak yang mempunyai kekurangan ini memiliki daya tangkap yang berbeda-beda. Namun dengan kesabaran dirinya yakin, semua yang dilakukannya juga akan bermamfaat bagi anak-anak kelak.

"Yang masih dalam pikiran saya selama ini, setelah anak-anak ini lulus dari sekolah ini. Dia mau kerja dimana, karena pemerintah masih belum bisa memberikan kesempatan kepada mereka," terangnya. Di hari guru ini dirinya berharap, pemerintah bisa memberikan peluang kepada mereka yang memang mempunyai kekurangan, untuk diberdayakan.(rdc/esi)