Atasi Karlahut, Kampung Jawa Bangun 6 Sekat Kanal
Sebanyak enam buah sekat kanal berhasil dibangun masyarakat Kampung Jawa Kelurahan Sungai Pakning Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis. Sekat kanal ini diharapkan mampu menjadi salah satu solusi untuk mencegah terjadi kebakaran lahan, di masa mendatang.
Hal tersebut diketahui dari pertemuan antara masyarakat Kampung Jawa dengan pihak United Nations Development Programs (UNDP) yang dikomandani Hening Farlan, bersama sejumlah awak media nasional dan lokal, Jumat (20/11) petang.
"Dari bantuan UNDP kemarin, kita berhasil membangunan 6 sekat kanal dan melakukan normalisasi 2,4 kilometer kanal," ungkat Lurah Sungai Pakning, Achil Esyano.
Sekat kanal dan normalisasi ini, sebut Achil, diharapkan mampu menjadi solusi ke depan, agar wilayah yang beberapa tahun lalu yang sempat memiliki sejumlah titik api di saat terjadinya musim kemarau.
"Kita harus bergerak cepak, karena diprediksi pada Januari-Februari 2016 mendatang akan terjadi El Nino," lanjut Achil pada pertemuan yang dipandu Dr Haris, akademisi dari Universitas Riau tersebut.
Lebih lanjut, Achil menyebut kalau masyarakat tidak bisa terlalu bisa berharap dari sekat kanal yang telah dibangun, tanpa adanya penahan sekat kanal. Untuk itu, pihaknya sudah merencanakan akan membangun penahan sekat kanal, pada 2016 mendatang.
"Di beberapa titik, akan di PL (penunjukkan langsung,red)-kan untuk membuat penahannya sekat kanal. Kita tidak ingin, kalau sekat kanal ini hanya bertahan 3 tahun saja. Namun untuk jangka panjang," pungkas Achil.
Ditambahkan Syamsul Bahri selaku masyarakat Kampung Jawa, kalau dari Rp31 juta bantuan UNDP pada 2015 ini, pihaknya telah merencanakan akan membangun 5 sekat kanal."Alhamdulillah, kita bisa membangun 6 sekat kanal, dan embung air dengan ukuran 8 meter x 8,5 meter dengan kedalaman 4 meter," sebut Syamsul.
Lebih lanjut, Syamsul menyebut kalau permasalahan kebakaran lahan di wilayah Kampung Jawa ini, karena kurangnya air di wilayah yang memiliki topologi daerah mayoritas memiliki lahan rawa gambut. Hal tersebut, jelasnya, dimulai sejak masuknya perusahaan perkebunan ke wilayah Kelurahan Sungai Pakning pada 2009 silam.
"Setelah perusahaan masuk kelihatan sekali masyarakat kekurangan air. Terjadilah pendangkalan," terang Syamsul Bahri, seraya menyebut kalau perusahaan tersebut, yakni PT Surya Dumai, yang mulai masuk ke wilayah Kelurahan Sungai Pakning.
Perusahaan tersebut, kata Syamsul, berada di hulu Kampung Jawa, dimana dalam operasionalnya sangat membutuhkan air, sehingga masyarakat yang berada di hilirnya mengalami kekurangan air.
Di saat terjadinya musim kemarau, akan rentan sekali terjadi kebakaran. Tentunya hal tersebut tidak dalam unsur kesengajaan. "Karena terlalu kering, kadang ada yang membuang puntung rokok di dalam lahan, langsung terbakar. Yang jelas tidak disengaja. Gila, kalau masyarakat membakar rumahnya sendiri," lanjutnya.
Untuk itu ke depan, sebut Syamsul, masyarakat berharap agar pihak perusahaan bisa menyalurkan air yang berada di kanalnya, untuk disalurkan ke hilir, wilayah masyarakat. "Kalau kanalnya dibuka terutama di musim kemarau, tentu lahan masyarakat selalu basah. Dan tidak mungkin terjadi kebakaram," tandas Syamsul.***