Di Ambang Kepunahan
Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) menilai beberapa bahasa daerah kini di ambang kepunahan. Hal ini akan sangat mempengaruhi kekayaan ragam bahasa di tanah air.
Beberapa bahasa daerah yang berada di ambang kepunahan, yaitu bahasa daerah Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat dan Papua. Diperkirakan masih banyak lagi bahasa yang di ambang kepunahan selain keempat daerah itu,? ujar Kepala Tata Usaha Pusat Bahasa dan Koordinator Internal Pusat Bahasa dan Sastra Pusat Bahasa Kemdiknas, Yeyen Maryani, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Menurut Yeyen, kepunahan ini disebabkan masyarakat setempat yang menggunakan bahasa daerah semakin berkurang, sementara generasi muda setempat sudah tidak mau lagi berbicara bahasa ibu mereka dan lebih memilih menggunakan Bahasa Indonesia ataupun asing yang lebih mudah diucapkan.
"Bahasa yang sedang sekarat sedang kami teliti," jelasnya.
Berdasarkan data hingga 2008 menggambarkan keragaman bahasa. Di sekitar 80 pesen wilayah Indonesia telah teridentifikasi tidak kurang 442 bahasa daerah. Jumlah itu akan bertambah apabila wilayah yang belum diteliti berhasil dipetakan secara utuh.
Oleh karena itu, dengan adanya Perpres Nomor 24 Tahun 2010, Pusat Bahasa dan pemerintah provinsi akan melakukan pembinaan dan perlindungan. Di antaranya dengan menghidupkan kembali tradisi bahasa lisan seperti di Kalimantan Selatan yang disebut Madihin dan Macopat di Jawa.
Ini kita lakukan sebagai amanat Perpres No 24 tahun 2010 agar bahasa daerah dapat dilestarikan,? tambahnya.
Sementara itu, serbuan bahasa asing memang makin merajalela. Khususnya di media luar ruang, seperti billboard dan spanduk-spanduk. Dirinya juga mengkhawatirkan sikap para pengembang yang banyak memakai bahasa asing sebagai nama bangunan.
Sebut saja Cibubur Junction yang bisa saja diindonesiakan menjadi Simpang Cibubur. Serupa dengan kebiasaan memakai kata upload untuk unggah dan download untuk unduh.
Guna menyambut Bulan Bahasa pada Oktober ini, Pusat Bahasa menyelenggarakan Bulan Bahasa dan Sastra yang berisi berbagai macam acara. Antara lain sayembara penulisan proposal penelitian, esai sastra, naskah drama, cerita rakyat, cerpen dan puisi remaja.
Pihaknya juga akan mengadakan Parade Mural Bahasa dan Sastra di ruang publik, pentas sastra, debat bahasa, musikalisasi puisi, duta bahasa, lomba keterampilan bahasa oleh warga negara asing, penilaian penggunaan bahasa di media dan juga pencanangan gerakan Aku Cinta Bahasa Indonesia.
Puncak acaranya di Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober kemarin,? jelasnya.
Kepala Bidang Pengkajian Bahasa dan Sastra Pusat Bahasa Kemdiknas Mujizah menambahkan, walaupun belum maksimal namun pengutamaan bahasa Indonesia sebagai indentitas nasional sudah menjadi kepentingan bersama.
Penyelenggaraan Bulan Bahasa dan Sastra selain membina dan mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia, juga untuk memelihara peran dan semangat masyarakat luas dalam menangani masalah bahasa dan sastra,? kata Muzizah.***