Jejak Kesultanan Indragiri di Kota Lama
Sultan Kesedangan Indaragiri adalah seorang Tokoh Ulama Melayu Islam yang berasal dari kesultanan Melayu Kerajaan Serdang.
Bernama Raja Ahmat Alamsyah Putra, Gelar Sultan Kesedangan Indaragiri, Beliau adalah salah seorang Laksamana yang Gagah berani dari Sultan Iskandar Muda Aceh yang berjasa Menaklukkan Pantai Timur dan pantai Barat Sumatera, serta menaklukkan Perak dan Pahang, kawin dengan adik Raja Urung Sunggal, sebuah daerah Batak Karo yang masuk Melayu (masuk Islam).
Maka oleh 4 (empat) Raja raja Urung Batak Karo yang sudah Islam (masuk Melayu) di Deli, ia Dinobatkan menjadi Raja pada tahun 1630 M.
Semasa itulah mulai terbentuknya lembaga Datuk Berempat di Deli dan Raja Urung Sunggal,yang bertugas sebagai Ulon Janji (mengucapkan taat setia dari orang orang Besar dan Rakyat) ketika Raja Deli itu ditabalkan (dinobatkan).
Beliau datang ke Kerajaan Indragiri karena menghindari terjadinya kudeta perang saudara perebutan Tahta di Kerajaan Deli Serdang.
Beliau datang kekerajaan Indragiri semasa Pemerintahan Sultan Jamaluddin Sulaimansyah, Sultan Kerajaan Indragiri yang ke 8 (delapan) yang memerintah sekitar tahun 1658–1669 M.
Di Kerajaan Indragiri Raja Ahmad Alamsyah Putra gelar Sultan Kesedangan Indragiri diangkat menjadi Raja Ibadat (Khalifahtullah Fil Ardh) dan Raja Adat Melayu yang bersendikan syarak dan syarak bersendikan Kitabullah (Mufti Kerajaan Indragiri) yang menegakkan hukum Syariat Islami, dengan semboyan “Kuat Iman kuat Taat, kuat Taat kuat Syariat, kuat Syariat kuat Ma’rifat. Kuat Ma’rifat Kuat Hakekat.
Dari sejarah inilah, terdapat peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan yang terpusat di Kota Lama. Diantaranya Makam Raja Narasinga Singa II, Makam Panjang dan lainnya termasuk adanya benteng pertahanan kerajaan yang dibangun dengan tanah yang dibentuk seperti gundukan.
Koordinator Juru Pelihara situs Cagar Budaya Riau kabupaten Indragiri Hulu, Saharan mengatakan Benteng atau Tanggul yang terbuat dari Gundukan tanah yang terdapat di Kawasan Cagar Budaya Budaya Kotalama adalah sebuah benteng pertahanan Kerajaan Indragiri semasa berada di Kotalama.
Benteng ini struktur Cagar Budaya, diperkirakan dibangun sekitar abad ke 15. Keberadaan Benteng ini masih utuh mengelilingi kawasan kompleks makam Raja raja Indragiri Kota Lama.
"Benteng ini berada pada posisi bahagian berdampingan dengan sungai, pada bahagian selatan berada berdekatan dengan Parit yang lazim dikenal dengan sebutan parit Gudang Garam, pada bahagian Timur berdekatan dengan kebun masyarakat, yang dulunya adalah rawah-rawah, dan pada bahagian sebelah Barat berada pada posisi berdekatan dengan Danau Menduyan," jelas Staf Balai Balai Pelestarian Cagar Budaya Batusangkar wilayah Sumbar Riau dan Kepri ini.
Dikatakannya, jika di lihat dari arah Utara, keberadaan Struktur bangunan Benteng ini berukuran rata rata mencapai 7 sampai 10 Meter. Jika dilihat dari arah Timur kelihatan jelas benteng ini,rata rata ukuran tingginya mencapai 5 sampai 7 Meter, jika dilihat dari arah selatan hingga kedalaman parit, benteng ini berukuran tinggi mencapai 12 sampai 15 meter dan jika dilihat dari arah Barat, tepatnya dari pinggiran Danau Menduyan, benteng ini berketinggian rata rata mencapai 4 sampai 5 meter.
Kawasan Cagar Budaya tinggalan sejarah kerajaan Indragiri komplek makam Raja raja Indragiri di Desa Kotalama Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu adalah merupakan salah satu Kawasan bekas tapak kerajaan Indragiri di pase ke 3 semasa pemerintahan Raja Nara Singa II.
Menurut Saharan, situs ini sudah menjadi salah satu potensi wisata di kabupaten Indragiri Hulu, karena mengingat nilai sejarah yang dimilikinya. Belum lagi situs ini berada di kawasan objek wisata makam raja-raja Indragiri yang secara perlahan terus dibenahi dan menjadi salah satu ikon budaya dan pariwisata kabupaten Indragiri Hulu, belum lagi adanya faktor pendukung bahwa disekitar situs terdapat Danau Meduyan.
Situs Makam Raja Nara Singa II ini mulai di pelihara melalui Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Batusangkar wilayah Sumbar dan Riau pada tahun 1992 dengan memasang pagar sebagai upaya perlindungan.
Selanjutnya diteruskan oleh Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu dengan pengembangan pembangunan pagar BRG dan faping blok dengan ukuran Panjang : 21,3 dan Lebar 32,5 Meter dan pengembangan tata ruang kawasan dengan pembangunan fasilitas pendukung, pengembangan pembangunan semenisasi jalan setapak dan pembersihan areal seluas 16,19 Ha tersebut.
Kondisi situs Makam Raja Nara Singa II saat ini melalui kantor BP3 Batusangkar wilayah kerja Sumatra Barat,Riau dan Kepulauan Riau yang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hulu melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Indragiri Hulu, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang merupakan Komplek Makam Raja raja Indragiri di Desa Kota Lama ini dapat terpelihara dengan baik.***