Bukopin Butuh Tambahan Modal Rp2 triliun
JAKARTA (HR)-Bank Bukopin memperkirakan kebutuhan tambahan modal tahun depan minimal Rp1,5 triliun hingga Rp2 triliun. Angka itu merupakan gambaran Bukopin jika ingin menjaga rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) pada level 14 persen dengan pertumbuhan kredit 15 persen.
Menurut Glen Glenardi selaku Direktur Utama Bukopin, pertumbuhan Bukopin tahun depan akan mengikuti arahan regulator.
"Mungkin akan berkisar pada level 15 persen-16 persen," terang Glen, baru-baru ini.
Dengan kisaran pertumbuhan itu, Bukopin yang punya CAR 14,16 persen per September tahun ini akan mempertahankan kisaran yang sama sampai akhir tahun. Glen juga menjelaskan, Bukopin juga akan menjaga CAR pada level yang sama di tahun depan, terutama jika mengacu pada proyeksi pertumbuhan kredit.
Ada beberapa skema yang tengah dikaji Bukopin. Glen menyebut, antara lain adalah revaluasi aset, rights issue maupun menerbitkan obligasi.
"Tapi, kami lebih cenderung pilih rights issue atau obligasi. Jika rights issue atau obligasi, Glen memperkirakan kebutuhan modal mencapai Rp1,5 triliun hingga Rp2 triliun. Angka ini lebih besar ketimbang Bukopin melakukan revaluasi aset. Saat ini, Glen menilai, revaluasi aset hanya akan menghasilkan modal Rp600 miliar. Dengan begitu, lanjutnya, revaluasi aset Bukopin hanya akan dijadikan buffer saja.
"Jadi, revaluasi aset tidak signifikan menambah modal. Lebih baik untuk buffer saja," ucap Glen.
Hingga September lalu, kinerja Bukopin terbilang bagus. Pada periode itu, bank dengan sandi saham BBKP mencatat laba Rp798 miliar atau tumbuh 17,98 persen. Pencapaian laba Bukopin dikontribusikan pertumbuhan kredit yang naik 24,5 persen menjadi Rp62,7 triliun dari Rp50,4 triliun.
Kredit Bukopin ditopang kredit UKM, mikro, dan konsumer yang meningkat 22,56 persen menjadi Rp39,59 triliun yang terdiri dari UKM Rp25,2 triliun, mikro Rp7,6 triliun, dan konsumer Rp6,8 triliun. Selain itu, kinerja Bukopin juga ditopang pertumbuhan fee based income yang mencapai Rp913 miliar."Angka ini tumbuh 26,21 persen dari periode yang sama tahun lalu," tambah Glen.(kon/mel)