Titik Panas di Riau Bertambah
PEKANBARU (HR)-Riau belum sepenuhnya bebas dari kabut asap. Hal itu menyusul masih tingginya titik panas di Provinsi Sumatera Selatan, yang menimbulkan asap dan kemudian terbawa bersama angin ke Riau. Meski tidak signifikan, titik panas di Riau pada Jumat (16/10) juga mengalami penambahan.
Kabut asap kiriman dari provinsi tetangga itu, diklaim membuat kabut asap tebal kembali menyelimuti wilayah Riau pada Jumat kemarin.
Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Riau,
Titik
Edwar Sanger, mengatakan, hampir satu minggu kabut asap di Riau mulai menipis, karena hotspot di Sumsel berkurang menjadi hanya puluhan titik.
Namun pada Jumat kemarin, hotspot di Sumsel meningkat hingga mencapai 537 titik.
"Di wilayah kita hotspot tidak begitu banyak, sekitar 22 titik. Tapi di sumsel sudah ratusan makanya asap kembali tebal diwilayah kita karena dibawa angin," ujar Edwar Sanger.
Dijelaskan Edwar Sanger, dari data BMKG di Sumatra terdapat 768 hotspot, dimana Sumsel yang tertinggi, disusul Provinsi Jambi yang mencapai 97 hotspot, Babel 64, Lampung 38, dan Riau 22 hotspot.
"Kalau di Riau Inhil yang terbanyak 12 titik, Meranti 6, Pelalawan 2, dan Siak 2. Dan tim Satgas Karlahut kita langsung turun untuk memadamkan titik api yang terpantau, jangan sampai meluas," ungkapnya.
Sementara itu, dari data Indeks standar pencemar udara (Ispu) di Kota Pekanbaru, kondisi udara di Riau tidak sehat. Kondisi ini tentunya sangat merugikan Riau, terutama bagi pelajar di Riau yang sempat belajar dalam satu pekan ini. Dengan Ispu yang tidak sehat ini besar kemungkinan para pelajar di Riau kembali akan diliburkan.
1.005 Titik
Dari Jakarta, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan, masih ada sebanyak 1.005 titik panas di kawasan Sumatera Selatan dan Kalimantan. Sebanyak enam satgas pemadaman api dibagi ke dua wilayah tersebut.
Luhut mengatakan, upaya pemadaman yang dilakukan melalui hujan buatan dan water bombing dalam beberapa hari terakhir tidak cukup efektif. Salah satu penyebabnya karena wilayah yang terbakar adalah lahan gambut yang sulit dipadamkan.
Selain itu, hambatan juga disebabkan embusan El Nino yang cukup kencang. El Nino yang terjadi kali ini dinilai lebih kencang dari yang terparah sejak tahun 1997-1998.
Untuk Sumsel, dampak kabut asap cukup parah terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Hingga saat ini pemadaman tidak hanya menggunakan pesawat, tetapi melalui darat oleh para prajurit TNI. "Pesawat semua akan diproyeksikan di sana dulu. Kita berharap dalam tiga sampai empat hari terjadi pengurangan di Sumsel," kata Luhut.
Palangkaraya Parah
Untuk Pulau Kalimantan, kabut asap parah masih terjadi di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Bahkan pada Jumat kemarin, kondisinya makin mengenaskan.
Udara berubah warna menjadi kekuningan. Dalam jarak puluhan meter, bangunan sudah tidak tampak lagi. Pengguna kendaraan bermotor juga harus menyalakan lampu ekstra agar bisa dilihat pengendara lain.
Kondisi ini dibenarkan Kepala Bappeda Kalteng, Herson B Aden. "Jarak pandang cuma 50 meter," keluhnya.
Dari hari ke hari, kondisi asap di Palangkaraya memang makin parah. Kepekatannya membuat udara bahkan sudah melampaui level berbahaya. Status tanggap darurat di Kalteng diberlakukan hingga 31 Oktober 2015 mendatang. (nur, bbs, kom, dtc)