Rujukan Moral Tumbang Satu Demi Satu
Indonesia tercinta tampaknya semakin gerah saja menyaksikan putra-putri terbaiknya semakin sulit untuk dijadikan rujukan moral dalam sebuah lingkungan yang sudah abu-abu. Ironisnya, Indonesia dikenal sebagai bangsa yang hampir 100 persen mengaku beragama, sementara Islam dianut oleh mayoritas penduduknya.
Kita lihat di televisi atau baca koran, hampir saban hari dan malam memberitakan tentang si anu dan si fulan telah jadi tersangka. Di antara mereka ada yang berasal dari perguruan tinggi ternama, dari departemen pendidikan, dari departemen agama, malah dari pucuk pimpinan partai Islam. Mereka diserahi tanggung jawab mengurus lembaga-lembaga strategis negara atau badan apapun yang berkaitan dengan birokrasi tetapi karena lingkungan sudah lama tercemar, putra-putri “terbaik” ini banyak yang runtuh menghadapi godaan.
Khusus yang memegang jabatan di lembaga-lembaga penegak hukum, kepercayaan masyarakat sudah hampir ke titik nadir. Kepolisian, kejaksaan dan kehakiman semua sudah tercoreng dengan segala kasus yang kita baca dan kita dengar. DPR pernah menjadi lembaga terkorup, departemen agama sama saja, malah dua orang menterinya dipenjara. Departemen Diknas pernah pula menjadi lembaga terkorup. Padahal lembaga-lembaga ini jelas-jelas harapan bangsa untuk mencetak manusia-manusia berkualitas dan bermoral.
Begitu juga perguruan tinggi, sebagian besar tak ubahnya sebagai lembaga pencetak ijazah dan banyak pula perguruan tinggi yang abal-abal. Pressure Group khususnya mahasiswa betul-betul tak bisa diharapkan lagi, sebagian sudah terkontaminasi dengan pola-pola yang bertentangan dengan ajaran Islam. Tidak lagi murni seperti mahasiswa-mahasiswa tahun 2000. Bila manusia perguruan tinggi, lembaga-lembaga agama dan pendidikan tak bisa lagi diharapkan, karena telah dikotori oleh perilaku-perilaku amoral, entah ke mana lagi asa mau diusung.
Harapan terkuak, ketika ada lembaga yang diharapkan betul oleh rakyat yang disepakati berdirinya untuk mengatasi kebrobrokan moral anak bangsa khususnya yang tergelincir ke dunia korup yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi. Harapan rakyat betul-betul tertumpu pada lembaga tersebut, karena negeri kita ini betul betul sudah dijuluki negeri 1001 maling. Lebih kurang 10 tahun berdiri hasilnya cukup menggembirakan rakyat, siapapun yang melanggar tak peduli apakah menteri, polisi, jaksa, hakim, dibersihkannya. Tapi sekarang lembaga tersebut dengan segala cara yang menjijikkan, ingin dihabisi. Mereka yang ingin menghabisi itu tentulah para koruptor dengan segala kaki tangannya yang banyak berada di lembaga-lembaga legistalif, elite-elite parpol dan lembaga-lembaga penegak hukum. Mereka takut akan dikejar KPK nanti. Secara pelan tapi pasti keinginan mereka agar KPK dihapus, terlihat dengan beramai-ramainya mereka menyetujui revisi undang-undang KPK. Khusus terhadap sebuah lembaga yang mewakili rakyat tetapi tidak pernah membela kepentingan rakyat dan tidak pernah senada dengan kemauan rakyat yaitu Dewan Perwakilan Rakyat. Lembaga ini begitu disorot habis-habisan oleh masyarakat luas karena kinerja jeblok, otaknya dipenuhi hanya untuk memperkaya diri dan kelompok.
Lihat saja akhir-akhir ini ketika rakyat sedang menderita, mereka seenaknya menuntut tunjangan tunjangan. Artinya lembaga ini betul betul lembaga yang menjadi duri dalam daging terhadap bangsa dan negara. Lembaga ini adalah lembaga yang paling serakah dan tidak punya rasa malu. Tapi ya sudahlah, karena kita sudah salah pilih, mau tidak mau suka tidak suka orang-orang yang mengisi lembaga ini tentu akan bertahan sampai periode habis.
Kita hanya berdoa kepada Allah semoga para pemimpin kita terutama yang sudah melenceng dari rambu-rambu Allah berhubungan dengan perilaku dan moral diberi petunjuk oleh Allah agar kembali ke jalan yang benar dan semua lembaga-lembaga yang diharapkan akan melahirkan manusia-manusia pintar tapi berakhlak mulia betul-betul dapat menjadi kenyataan.
Walaupun kita sadar saat ini hampir semua lembaga-lembaga yang diharapkan melahirkan manusia-manusia yang dapat diteladani sudah tumbang satu persatu. Mari kita bersatu melawan musuh-musuh KPK, jika tidak bangsa ini semakin cepat menuju kehancuran. Naudzubillah.***
Ketua STISIP dan Mubalig IKMI.