Pemadaman Bergilir Jangan Jadi Budaya
PEKANBARU (HR)-DPRD Riau berharap manajemen PT PLN memberikan layanan yang maksimal terhadap masyarakat. Khususnya terkait pemadaman listrik bergilir, yang terus berulang. Jangan sampai hal ini terkesan sudah menjadi budaya.
"Pemadaman bergilir ini sudah sering terjadi, setiap tahun. Kalau sudah tahu kejadian seperti ini akan terus berulang, PLN seharusnya sudah siapkan solusinya," ujar Wakil Ketua Komisi D DPRD Riau, Herdianto, Kamis (1/10).
Menurutnya, semakin bertambahnya pemadaman bergilir yang dilakukan PT PLN saat ini, sudah menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Karena itu, pihaknya memanggil manajemen PT PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, hari ini (Jumat, 2/10).
"Sudah banyak masyarakat Riau, khususnya Pekanbaru yang mengeluhkan pemadaman listrik yang tidak terjadwal. Satu hari, hidup mati bisa dua hingga tiga kali, makanya kita panggil PLN untuk dimintai keterangannya," ujarnya.
Dikatakan, Dewan ingin mengetahui, apa sebenarnya yang terjadi, sehingga pemadaman listrik semakin sering terjadi. Diharapkan, dari pertemuan itu bisa ditemukan solusi. Sehingga ke depannya, pemadaman listrik bergilir itu seharusnya sudah bisa dihentikan dan jangan sampai menjadi budaya.
Dalam kesempatan itu, Herdianto meminta PLN jangan selalu berlindung di balik alibi bahwa kondisi yang terjadi saat ini akibat faktor alam. Karena itu, ia berharap pertemuan hari ini bisa dihadiri langsung General Manager PLN WRKR. "Jadi bisa langsung diambil keputusan," tambahnya.
Hal senada juga dilontarkan Sekretaris Komisi D DPRD Riau, Asri Auzar. Selama ini, ia menilai alasan yang diajukan PLN selalu itu-itu saja. Seperti karena debit air yang kurang, sehingga turbin yang tersedia tidak bisa bekerja maksimal.
"PLN kan perusahaan besar di bidang kelistrikan. Tentunya program antisipasi sudah ada untuk mengatasi. Ini yang akan kita tanyakan," tambahnya.
Perda Belum Diimplementasikan
Sementara itu, anggota DPRD Riau lainnya, Mansyur HS menilai, kondisi disebabkan Peraturan Daerah (Perda) tentang ketenagalistrikan pada tahun 2014 lalu, belum bisa diimplementasikan. Hal itu disebabkan belum adanya Peraturan Gubernur (Pergub).
"Dalam perda itu ada klausul yang harus diatur dengan Pergub. Ini harus digesa untuk diterbitkan Pergub-nya. Jadi perda hanya tinggal perda, tidak bisa juga diimpelementasikan," ujarnya.
Menurut Asri yang juga Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (BP2D) DPRD Riau, pihaknya akan mempelajari Perda tersebut terlebih dahulu. Kalau memang belum ada Pergubnya, hal ini patut dipertanyakan.
"Untuk sekarang kita sebelum mengesahkan perda harus ada dulu draf pergubnya dari pemerintah provinsi. Tahun ini dari empat perda sudah ada pergubnya," ulasnya.
Di Rumbai 4 Jam
Pada Kamis kemarin, warga Rumbai juga mengeluhkan pemadaman listrik yang durasinya mencapai empat jam. Kondisi itu disayangkan Nazar, warga Rumbai. Menurutnya, dengan padamnya aliran listrik, membuat warga merasa tak nyaman. Sebab, untuk menghidupkan AC atau kipas angin untuk mengeluarkan asap dari dalam rumah, tak bisa lagi dilakukan.
Sedangkan warga Rumbai lainnya, Isam, menyayangkan pemadaman listrik tanpa diawali dengan pemberitahuan. Apalagi durasinya cukup lama, mencapai empat jam.
Sementara itu, humas PLN wilayah Riau, Asri, membenarkan bahwa PLN melakukan pemadaman bergilir setiap harinya. Dalam satu hari dua kali pemadaman dengan durasi dua jam. Jika ada pemadaman lebih dari dua jam itu berarti ada keterlambatan dan gangguan.
"Kita tetap memadamkan listrik dua kali sehari dan ini harus dilakukan. Informasi di Rumbai 4 jam mati lampu karena ada keterlambatan karena ada gangguan di jaringan yang membutuhkan waktu lama," ujar Asri.
Terpisah, Manajer PLN Area Pekanbaru, Agustian, menjelaskan, pemadaman listrik bergilir saat ini disebabkan PLN mengalami defisit. Dicontohkannya, untuk Kota Pekanbaru, sat beban membutuhkan daya sebesar 517 MW, namun dengan kondisi saat ini, yang tersedia hanya 456 MW. Sehingga dikatkan mengalami defisit saat ini 61 MW.
Ia meminta masyarakat memahami kondisi ini. Karena kondisi ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga Oktober ini.
"Yang jelas kita sudah melakukan berbagai tindakan antisipasi. Namun karena defisit daya saat ini, maka pemadaman bergilir ini menjadi pilihan terakhir. Meski kondisi ini tidak kita inginkan,"sebutnya. (nur, ben, ant)