Guru di Rohul Jadi Korban Penembakan Oknum Polisi
PASIR PENGARAIAN (HR)-Nasib tak mengenakkan dialami Fakhrur Rozi (36), guru honorer SMAN 1 Rambah Samo. Ia menjadi korban penembakan oknum polisi, sehingga harus mendapat perawatan di rumah sakit. Tak ayal, peristiwa ini mengundang reaksi keras dari para guru di Negeri Seribu Suluk. Bersama dengan pihak keluarga dan sekolah, mereka meminta Kapolda Riau mengusut tuntas aksi penembakan tersebut.
Menurut informasi, aksi penembakan itu terjadi Rabu (16/9) pagi sekitar pukul 02.00 WIB. Dalam peristiwa itu, pria itu mengalami tiga luka akibat ditembak, yakni di paha kanan, betis kanan dan betis kiri.
Nasib yang menimpa Fakhrur Rozi, sontak mengundang rasa prihatin dari para guru di Rokan Hulu.
Pada Kamis (17/9) siang kemarin, ratusan guru dari berbagai sekolah di Rohul tampak memadati RSUD Pasir Pengaraian untuk
menjenguk rekan mereka tersebut.
Meski sempat bertemu, mereka tidak bisa berbincang banyak karena kondisinya masih memprihatinkan dan belum bisa diajak bicara.
Sejauh ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab terjadinya aksi penembakan itu. Ada yang menyebutkan penembakan itu terjadi karena korban sempat diduga maling. Namun hal itu langsung dibantah pihak keluarga dan sekolah. Apalagi, selama ini korban diketahui tidak pernah punya masalah dengan siapa pun. Sementara pengakuan dari pihak keluarga, Fakhrur Rozi memiliki penyakit khusus, yakni jika terkejut saat tidur, ia bisa berjalan atau berlari (sleeping walker, red).
Pihak keluarga, kerabat, termasuk Kepala SMA Negeri 1 Rambah Samo, meminta Kapolda Riau mengusut tuntas motif penembakan tersebut. Mereka menduga penembakan tersebut tidak sesuai aturan. Karena saat ditangkap, korban dalam keadaan jongkok dengan posisi tangan di kepala.
“Dia ini (Fakhrur Razi) bukan penjahat. Lalu kenapa polisi menembaknya sampai tiga kali? Selain ditembak, dagu dan mulutnya bengkak-bengkak. Kita jadi bertanya ini ada unsur apa?," ungkap Syamsaipul, Ketua Ikatan Pesisir Selatan, yang diamini Kepala SMAN 1 Rambah Samo, Drs Paino, SPd dan Elsam (49), kakak kandung korban, saat ditemui di RSUD Pasir Pengaraian, Kamis kemarin.
Dikatakan Syamsaipul, pihak mendapat informasi Fakrur Rozi ditembak pada Rabu kemarin sekitar pukul 02.00 WIB dinihari. Selanjutnya, ia dibawa ke RSUD pukul 03.00 WIB.
Sementara itu, Paino menuturkan, selama mengajar Biologi di SMA Negeri 1 Rambah Samo, Fakhrur Razi, tidak pernah bermasalah sekal ipun. Setiap tugas yang diberikan selalu dijalankan dengan baik. Ia juga tidak pernah dikomplain siswa atau pun guru lainnya. “Terus terang saja, saat mendapat berita ini, saya terkejut,” ujarnya.
Paino juga mengaku sempat kecewa dengan sikap petugas Kepolisian, yang sempat melarang mereka saat datang membezuk. “Saat dikonfirmasi dari Polsek, katanya luka-luka saja dan bukan tertembak. Tetapi setelah kita lihat, rupanya memang tertembak. Memang saat konfirmasi Polsek, katanya baru bisa menjenguk setelah tiga hari. Namun sebagai yang dituakan di sekolah, tidak mungkin saya biarkan. Nanti kalau terjadi apa-apa, keluarga Fakhrur Razi komplain ke saya,” terangnya.
Ditambahkannya, menurut informasi yang diterimanya dari masyarakat, kejadian itu berawal ketika dini hari itu Fakhrur Razi berlari-lari lalu masuk gang di sekitar tempat tinggalnya. Aksinya itu kemudian dibuntuti masyarakat yang bertugas ronda. Setelah dicari-cari, ia ditemukan dalam kondisi jongkok di salah satu gang. "Saat ditanya, katanya korban selalu diam dan sesekali seperti menunduk. Namun kapan dia ditembak, kita tidak tahu,” terang Paino.
Sementara itu Elsam, kakak kandung korban, yang sengaja datang dari kampung halamannya Solok Selatan, mengaku kecewa atas tindakan oknum Polisi Rohul terhadap adiknya. Dia meminta Kapolda Riau mengungkap kasus tersebut. “Dari dulu Fakhrur Razi ini ada penyakitnya. Kalau terkejut saat tidur, dia lari-lari. Kami meminta supaya kasus ini diungkap,” singkatnya.
Diteriaki Maling
Terkait insiden itu, Kapolres Rokan Hulu, AKBP Pitoyo Agung Yuwono, mengatakan, sesuai informasi dari masyarakat, korban ditembak karena sempat memberikan perlawanan sekaligus meronta saat diamankan petugas.
“Jadi kejadian itu berawal dari laporan masyarakat yang meneriaki maling. Warga langsung menghubungi pihak Kepolisian. Setelah mencari selama satu jam akhirnya korban ditemukan bersembunyi dan sempat bergumul dengan masyarakat. Di tangan korban ditemukan sesuatu dan petugas melumpuhkannya. Bahkan saat diamankan petugas korban masih ngoceh tidak tentu arah. Anggota yang melumpuhkan korban saat ini sedang diperiksa Propam. Artinya kasus ini masih tahap penyelidikan,” terangnya.
Sedangkan Dirut RSUD Pasir Pengaraian Wildan, melalui Humas Minarli, membenarkan pihaknya tengah merawat seorang warga karena mengalami luka tembak pada bagian paha dan kaki. Sesuai jadwal, pada Kamis siang kemarin dilakukan operasi untuk mengeluarkan proyektil peluru yang bersarang di kaki korban.
“Fakhrur Razi dirujuk ke RSUD pada Rabu dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Sesuai hasil pemeriksaan dokter, dia mengalami luka tembak satu luka pada bagian pahan kanan, satu luka bagian betis kanan dan satu luka kaki kiri. Kalau tidak ada halangan jam 12.00 WIB akan dioperasi untuk mengeluarkan proyektil dari kakinya,” ujar Minarli. (gus)