KHLK Segera Segel Lahan di Rimbo Panjang
PEKANBARU (HR)-Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup akan menyegel lahan di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar.
Langkah itu ditempuh karena lahan tersebut selalu terbakar setiap tahun. Sehingga kuat dugaan, lahan di kawasan itu memang sengaja dibakar.
Hingga Minggu (13/9) kemarin, tidak ada perubahan yang signifikan terkait perkembangan kabut asap di Riau.
Kabut asap tebal masih terjadi di hampir seluruh kawasan di Bumi Lancang Kuning. Akibatnya, aktivitas masyarakat masih tetap terganggu. Ancaman kesehatan pun selalu mengintai masyarakat, khususnya yang beraktivitas di luar ruangan.
Tidak hanya itu, akibat kabut asap yang masih tebal, sejumlah daerah memutuskan untuk kembali meliburkan para siswanya. Begitu juga aktivitas di Bandara Sultan Syarif Kasim II (SSK II) Pekanbaru. Aktivitas penerbangan di bandara internasional ini juga masih terus terkendala.
Perihal rencana penyegelan lahan di Rimbo Panjang tersebut, dibenarkan Direktur Penegakan Hukum Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KHLH) Ridho Sani. Dikatakan, penyegelan akan dilakukan setelah petugas menyelesaikan upaya pemadaman api di lokasi tersebut.
"Untuk di Rimbo Panjang, akan disegel. Kalau sekarang belum. Kita tunggu proses pemadamannya selesai," ujarnya, Minggu (13/9).
Meski begitu, Ridho belum bisa berapa luasan pastinya lahan yang akan disegel tersebut, serta perihal kepemilikan lahan tersebut apakah atas nama individu atau perusahaan.
Terpisah, Kepala Ekoregion Sumatera Amral Ferry, juga membenarkan perihal penyegelan lahan di Desa Rimbo Panjang tersebut. Pejabat KLHK yang selalu belakangan ini selalu berada di Riau ini menyebut jika Dir Gakum KLHK telah meninjau lokasi itu, Minggu (13/9) ini. "Baru akan dilakukan penyegelan. Tadi Dir Gakum KLHK turun ke lokasi," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Operasi Manggala Agni Daerah Pekanbaru, Syailendra Jamal, menuturkan, luas lahan yang terbakar di Rimbo Panjang saat ini, mencapai 200 hektare. Kebakaran di kawasan itu bahkan nyaris membakar rumah warga. Kabut asap yang tebal juga membuat warga di kawasan itu sempat terpaksa mengungsi, karena tak kuat menahan asap yang tebal.
Sementara itu, Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) melalui Wakil Ketua Dewan Pimpinan Harian, Edyanus Herman Halim mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan warkah amaran kepada seluruh pemangku kepentingan di Bumi Lancang Kuning, untuk segera menetapkan status darurat asap untuk Riau.
Para pemangku kepentingan juga diminta segera mengambil sikap dan tindakan yang cepat dan tepat agar situasi buruk yang terjadi saat ini dapat diselesaikan secara nyata. Apalagi mengingat kabut asap sudah mengancam keselamatan masyarakat akhir-akhir ini.
''Bencana asap telah mengganggu kegiatan pendidikan, aktivitas kerja masyarakat dan mengancam perekonomian daerah. Untuk itu, FKPMR memberi amaran agar Pemprov Riau menyatakan wilayah ini sebagai daerah darurat asap,'' ujarnya.
Berkenaan dengan warkah amaran FKPMR tersebut, Lembaga Adat Melayu Riau (LAM Riau) mendukung penuh. LAM Riau juga eminta agar anak kemenakan dan semua pemangku kepentingan berperan serta secara aktif dalam merealisasikan tuntutan-tuntutan yang termaktub dalam warkah amaran FKPMR tersebut.
Menurut Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAM Riau Al Azhar, penanganan yang sudah dan sedang dilakukan pemerintah daerah bersama Satuan Tugas Kebakaran Lahan dan Hutan (Satgas Karlahut) nyatanya belum mampu mengurangi malapetaka yang mengepung masyarakat Riau saat ini.
Oleh karena itu, dia menekankan agar pemerintah daerah sekarang juga meminta pemerintah pusat untuk turun-tangan, menyatakan status tanggap darurat, sehingga sumber daya yang ada di negara ini bisa dikerahkan untuk menyelamatkan 6 juta lebih penduduk Riau bersama puluhan juta rakyat dari provinsi lainnya di Indonesia yang terpapar asap.
Bandara Masih Terganggu Sama kondisinya sejak beberapa hari belakangan ini, aktivitas di Bandara SSK II Pekanbaru, hingga Minggu kemarin juga masih tetap terganggu kabut asap yang tebal. Jarak pandang yang tak menentu, membuat belasan jadwal penerbangan jadi terganggu.
"Sejak pagi hingga siang ini, baru dua pesawat yang bisa mendarat, Air Asia dari Kuala Lumpur dan Citilink dari kota Batam. Kedua maskapai bisa mendarat saat jarak pandang normal 1.000 meter pukul 12.00WIB tadi, lalu kembali menurun sekira 500- 600 meter," kata Hasnan, Aiport Duty Manager SSK II Pekanbaru.
Sepanjang Minggu kemarin, 19 penerbangan dari dan ke Pekanbaru yang mengajukan pembatalan untuk penerbangan. Di antaranya untuk penerbangan domestik dan internasional, seperti Lion Air, Garuda, Sriwijaya, dan FireFly.
"68 penerbangan di Bandara SSK II dipastikan akan mengalami keterlambatan, sebagian maskapai harus melakukan jadwal ulang," jelas Hasnan.
Sementara itu, berdasarkan pantauan dilapangan kondisi kualitaas udara di Pekanbaru sudah mengkhawatirkan, kabut asap sangat terasa di pagi hari dan menjelang petang. Papan display Indek Standard Pencemaran Udara (ISPU) yang terletak di Jalan Sudirman, atau tepatnya disekitar kantor walikota Pekanbaru, menunjukkan udara sudah dilevel 'Berbahaya'.
Badan Meteorelogi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru menyatakan, pekatnya kabut asap akibat kebakaran hutan yang terjadi sejak beberapa hari terakhir. Menyebabkan jarak pandang di beberapa wilayah di Riau semakin memburuk hanya sekitar 100 meter.
" Untuk jarak pandang diKota Dumai, Kabupaten Pelalawan, dan Indragiri Hulu, Rengat, hari Minggu ini hanya sekitar 100 meter. Sedangkan untuk jarak pandang di Pekanbaru pada pukul 07.00WIB tadi hanya sekitar 300 meter. Kabut asap di Riau ini merupakan kiriman dari Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi," kata Sugarin, Kepala BMKG Pekanbaru.
Satelit Terra dan Aqua memantau 383 titik panas yang tersebar di lima provinsi di Sumatera, untuk daerah yang banyak terdeteksi adalah Provinsi Sumatera Selatan dengan titik panas sebanyak 300 titik. Provinsi Jambi terdeteksi ada 56 titik, 10 titik di Bangka Beltung dan tiga titik panas terdeteksi di Lampung.
" Khusus di Riau terpantau sebanyak 14 titik, untuk tingkat kepercayaan diatas 70persen ada 11 titik, dengan rincian di Kabupaten Pelalawan lima titik dan Kuantan Singingi ada enam titik api," tandasnya. (dod, her, rud, rls)