Pedagang ‘Putar Otak’ Stabilkan Harga Sate
guna menghadapi kenaikan harga daging ayam yang cukup tinggi, pedagang sate di Kabupaten Rokan Hulu terpaksa ‘memutar otak’ agar tidak merugi dan supaya harga sate di pasaran tetap normal dan terjangkau pelanggan.
Salah satu cara yang dilakukan pedagang sate yakni dengan mengurangi jumlah tusuk satenya.
Sesuai informasi yang disampaikan Ajo (47), salah seorang pedagang sate di Pasir Pengaraian, Rabu (26/8). Dikatakannya, pengurangan porsi sate tersebut dilakukan dengan cara mengurangi jumlah tusuk satenya. Kalau sebelumnya, jumlah satu porsi sate terdiri dari 5 tusuk daging, sekarang Ajo terpaksa menguranginya menjadi 4 tusuk daging.
“Pengurangan ini dilakukan agar tidak rugi dan harganya tetap normal. Karena harga daging ayam dan harga cabai lumayan tinggi. Jadi, cara agar pelanggan tidak lari ke yang lain harga dalam satu porsi tetap, yang dikurangi satenya saja. Jika harga sate dinaikan takutnya memberatkan pelanggan,” kata Ajo.
Diterangkan Ajo, harga ayam potong di pasaran saat ini mengalami kenaikan hingga mencapai Rp28 ribu. Sedangkan sebelumnya hanya sekitar Rp20 ribu per kiloram. Menurutnya, kenaikan harga ayam ini sudah berlangsung sejak bulan Juli lalu. Demikian juga dengan harga cabai, kalau sebelumnya Rp25 ribu per kilogram sekarang naik menjadi Rp40 ribu per kilogram.
Di tempat terpisah, salah seorang pedagang di Pasir Pengaraian Herlina Sirait, menuturkan kenaikan harga cabai tersebut akibat pasokan dari luar daerah mulai berkurang. Sesuai pernyataan pemasok cabai kepada pedagang, naiknya harga cabai akibat musim kemarau sehingga pasokan cabai sedikit berkurang.
“Kata tokenya harga naik karena pasokan kurang akibat musim kemarau. Ya, mau tak mau harga di pasaran ikut naik juga. Karena pasokan cabai ke pedagang selama ini sebagian besar berasal dari Medan dan Bukittinggi. Sehingga ketika pasokan cabai berkurang membuat harganya naik,” jelas Herlina Sirait. ***