Repu dan Uyung Sagu Jadi Komoditi Berharga
SELATPANJANG (HR)-Limbah yang dihasilkan dari pokok sagu seperti kulit dan ampas sisa pengolahannya selama ini hanya menimbulkan persoalan. Dan berkat teknologie kulit sagu (uyung) serta ampas sagu (repu) dari sisa proses pengolahan sagu itu saat ini menjadi berharga.
Puluhan ton dihasilkan pabrik sagu yang selama ini dibuang percuma, bahkan menjadi limbah dan mempengaruhi kondisi lingkungan perairan di Meranti. Dimana dalam beberapa tahun belakangan ini pendapatan para nelayan kian semakin menurun.
Terkait itu, Bupati mengimbau kepada para pemilik kilang sagu agar tidak membuang uyung dan repu tersebut."Uyung dan repu itu bisa menghasilkan pundi pundi rupiah," ujarnya.
Bupati menambahkan terkadang ilmu dari luar daerah jarang bisa diterapkan di daerah dikarenakan letak geografis yang tidak sama, namun inovasi terbaru dari masyarakat sangat diperlukan.
“Ke depannya sebelum membangun jalan, saya juga akan menginstruksikan agar uyung sagu dijadikan sebagai material peninggi tanah.Repu yang selama ini baru mampu kita jadikan menjadi pakan ternak, ke depan akan kita olah untuk menghasilkan biogas. Intinya uyung dan repu saat ini sudah menjadi duit,”sebutnya lagi.
Berdasarkan data Disperindag, ada 47 unit pabrik pengolahan sagu yang tersebar di berbagai lokasi di Meranti. Pada umumnya, pabrik sagu ini berada di kawasan bibir sungai. Sebagian besar pabrik sagu tersebut bahkan belum memiliki Rencana Pengelolaan Limbah (RPL).
Dengan kahadiran PT Sararasa mengolah kulit sagu menjadi bahan bakar yang dikemas dalam bentuk briket, menjadikan limbah sagu menjadi salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat maupun bagi daerah.
Peluang inilah yang sudah dilakukan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti bekerjasama dengan perusahaan yang berasal dari Finlandia.
Berbagai peluang coba direbut dalam mengembangkan potensi daerah yang merupakan penghasil sagu terbesar di Indonesia tersebut.(ali/jos)