Target Produksi 2,5 Juta Biourine
BANGKINANG (HR)- Pemerintah Kabupaten Kampar menargetkan bisa memproduksi 2,5 juta biourine yang diolah dari urine sapi.
Demikian dikatakan Bupati Kampar H Jefry Noer kepada wartawan, Minggu (9/8) di Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu.
"Biourine produksi Kampar merupakan pupuk berkualitas tinggi yang justru akan kembali menyuburkan tanah yang selama ini telah dirusak oleh penggunaan pupuk kimia," ujar Jefry.
Jefry menjelaskan, produksi biourine saat ini diterapkan lewat Program Rumah Tangga Mandiri Pangan Energi (RTMPE). Dalam program ini, tiap rumah tangga mandiri diminta untuk memelihara enam ekor sapi di atas lahan seluas seribu meter persegi.
Nantinya, lanjut dia, tiap rumah tangga mandiri akan mampu menghasilkan sebanyak 500 hingga 1.000 liter biourine yang diolah dari urine enam ekor sapi tersebut.
Untuk tahun ini, ditargetkan bakal ada 1.500 hingga 2.500 warga termasuk seluruh pejabat eselon hingga camat dan kepala desa yang diwajibkan melaksanakan Program RTMPE.
Jika terealisasi, maka Kampar akan mampu memproduksi sekitar 2,5 juta liter biourine setiap bulannya dan akan dipasarkan ke sejumlah petani lokal maupun luar daerah.
Biourine produksi RTMPE Kampar sebelumnya telah terbukti baik untuk tanaman hortikultura bahkan kelapa sawit. Hasilnya lebih memuaskan dan kesuburan tanah tetap terjaga.
Untuk tanaman sayuran atau hortikultura yang menggunakan biourine, lanjut dia, sebelumnya telah menuai hasil lebih baik dibandingkan penggunaan pupuk kimia. Sementara untuk tanaman kelapa sawit, terbukti telah menumbuhkan kesuburan luar biasa.
"Pada umur yang masih 10 hingga 12 bulan saja, sawit yang menggunakan biourine telah tumbuh dengan buah dompet. Pada tanaman sawit lain, normalnya buah dompet ada setelah berumur 16 bulan keatas," katanya.
Simbol Kemajuan
Sebelumnya Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Kementerian Pertanian menyatakan biourine Kampar menjadi simbol kemajuan pertanian nasional.
"Saya telah melakukan peninjauan ke Kampar beberapa kali dan selalu menyampaikan dalam beberapa pertemuan di luar daerah termasuk di Kalimantan. Hasilnya banyak daerah yang tertarik untuk mengadopsinya," kata Kepala Balitsa Dr Liferdi.(adv/hms)