Asap Makin Tebal,Pemprov Pasrah
PEKANBARU (HR)-Perkembangan kebakaran hutan dan lahan di Riau, makin hari makin mengkhawatirkan. Meski berbagai upaya dan pemadaman telah dilakukan, namun kebakaran hutan dan lahan tetap marak di sejumlah daerah. Akibatnya, kabut asap kian pekat. Kondisi ini membuat Pemprov Riau terkesan pasrah, meski berjanji akan terus berupaya.
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) juga menunjukkan kualitas udara untuk beberapa daerah masih bertahan pada kategori tidak sehat. Kondisi ini juga sudah menjadi keluhan masyarakat di Bumi Lancang Kuning. Di sejumlah daerah, termasuk Kota Pekanbaru, masyarakat sudah meminta pemerintah memberlakukan libur bagi anak sekolah khususnya siswa Sekolah Dasar.
Menyikapi kondisi itu, Plt Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, mengatakan, segala upaya telah dilakukan Pemprov Riau bersama Pemerintah pusat untuk menanggulangi Karhutla. Mulai dari membentuk tim Satgas kabut asap dan Karhutla, hingga membuat hujan buatan.
"Satgas Karhutla telah melakukan tugasnya secara optimal, 24 jam pantauan api terus dilakukan. Semua telah kita lakukan, tapi asap tetap saja terjadi, bahkan kita juga sudah berdoa," ungkapnya, Jumat (31/7) di Kantor Gubernur Riau.
Namun, kata Plt Gubri, jika dibandingkan dengan tahun lalu, untuk tahun 2015 ini kondisinya lebih baik. Hal itu tidak terlepas dari upaya antisipasi yang telah jauh hari dilakukan.
"Untuk pengawasan kejahatan Karhutla, sepenuhnya kami serahkan kepada aparat penegak hukum. Untuk tahun ini bisa kita mengurangi kebakaran baik yang dilakukan oleh masyarakat ataupun perusahaan," terangnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger mengatakan, titik api di wilayah Riau sudah berkurang. Kondisi ini berlangsung sejak tanggal 21 hingga 30 Juli kemarin. Bahkan pada Jumat kemarin, titik api tidak lagi terpantau.
"Sudah terjadi hujan di hampir seluruh wilayah yang ada titik apinya, jadi untuk hari ini (kemarin red) blank area. Hujan terjadi di Dumai, Kerinci dan Rupat," ungkapnya.
Namun turunnya hujan, membuat menyebabkan timbulnya asap. Selanjutnya, asap dibawa hembusan angin yang saat ini masih didominasi angin yang mengarah ke Selatan, termasuk Pekanbaru.
"Jadi asap itu dibawa angin ke Pekanbaru, yang menyebabkan asap lebih tebal di Pekanbaru. Namun untuk ISPU masih sedang," tambahnya.
Lebih jauh dikatakannya, untuk memastikan berkurangnya titik api diwilayah Riau, tim Satgas Karhutla akan memantau dari udara wilayah-wilayah yang diduga sering terjadi kebakaran. "Bersama Danrem dan tim lainnya, kita akan memantau dari udara. Jadi nanti akan nampak mana daerah yang terbakar, langsung kita ambil tindakan," ujarnya.
Sedangkan Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin, menuturkan, titik panas saat ini juga mulai berkurang. Hingga Jumat kemarin, satelit terra aqua memantau tinggal 40 titik panas yang ada di Riau.
Sedangkan kualitas udara Pekanbaru, hingga saat ini masih berada pada kategori tidak sehat.
Titik panas itu ada di Bengkalis sebanyak 4 titik, Dumai 2, Pelalawan 8, Kuansing 4, Siak 2, Inhil 2, Inhu 12, Kampar 2, Pekanbaru 1, Rohil 1 dan Rohul 2 titik panas.
"Dari jumlah itu, dengan level konfiden lebih besar dari 70 persen, ada ditemukan ada 19 titik api. Yaitu berada di Bengkalis ada 1 titik api, Dumai 2, Pelalawan 2, Rohul 2 , Siak 1, Inhu 7, Kuansing 3 dan Kampar 1 titik api," terang Sugarin.
Sementara itu, Direktur Pembinaan Masyarakat (Dir Binmas) Polda Riau, Kombes Pol Sugiyono, mengatakan, pihaknya sejak jauh hari telah menyebarkan 250 ribu maklumat Kapolda Riau terkait larangan membakar hutan dan lahan kepada masyarakat.
Maklumat tersebut disebarkan dengan menggunakan helikopter dan didelegasikan ke Polres-Polres. "Selain itu, anggota Bhabinkamtibmas juga memasang baliho yang ditempatkan di tempat-tempat keramaian dan lahan-lahan yang berpotensi terbakar. Satu Polres sudah disiapkan 10 baliho," ujarnya.
Tidak hanya itu, Polda Riau juga melakukan bekerjasama dengan Balai Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kementerian Kehutanan, untuk melakukan penyuluhan untuk pencegahan karhutla berbasis masyarakat. "Satu angkatan diikuti sebanyak 70 orang dari berbagai kabupaten/kota. Saat ini, sudah ada 6 angkatan yang dimulai sejak Februari 2015 lalu," pungkas Sugiyono.
Meski sudah berbagai upaya dilakukan, namun kejadian karhutla yang mengakibatkan kabut asap masih selalu terjadi. Menanggapi hal ini, Kabid Humas Polda Riau, AKBP Guntur Aryo Tejo, menyatakan hal tersebut tidak lepas dari kesadaran masyarakat.
"Jangan hanya karena ingin mengeluarkan sedikit biaya untuk membuka lahan, kemudian lahan dibakar. Banyak kerugian yang kita rasakan," terang Guntur. (bbs, nur, dod, rtc)