Perundingan Final Nuklir Iran Hadapi Batu Sandungan
VIENNA (HR)- Para menteri luar negeri dari kelompok P5+1 mengadakan rapat tertutup di Istana Coburg di Wina seusai perundingan seharian dengan Iran. P5+1 terdiri dari Amerika, Inggris, Perancis, Rusia, Tiongkok dan Jerman.
Sebagaimana diberitakan VoA, Selasa (7/7), mereka sedang berupaya keras memenuhi tenggat 7 Juli untuk mencapai perjanjian komprehensif yang akan membatasi aktivitas nuklir Iran dengan imbalan pelonggaran sanksi ekonomi.
Embargo Senjata
Dalam jumpa pers di ibu kota Austria ini Senin pagi, seorang pejabat senior Iran mengatakan, ingin embargo senjata oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa atas negaranya dicabut sebagai bagian terpisah dari perjanjan yang sedang dirundingkan saat ini.
“Kami berpendapat bahwa embargo senjata oleh Dewan Keamanan PBB seharusnya tidak menjadi bagian dari perjanjian nuklir,” kata pejabat itu. “Kami berpendapat bahwa kesepakatan Lausanne tetap membolehkan riset dan pengembangan. Ini seharusnya tidak menjadi hambatan dalam perundingan,” lanjutnya.
Pejabat itu mengacu pada perjanjian sementara yang dicapai P5+1 dan Iran di Lausanne, Swiss, bulan April lalu.
Namun, seorang pejabat Amerika yang terlibat perundingan itu, berbeda pendapat. Menurutnya, perjanjian di Lausanne menegaskan bahwa resolusi final nantinya harus mencakup berbagai pembatasan atas semua senjata konvensional dan misil balistik.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif telah mengatakan kedua pihak masih belum mencapai titik temu dalam sejumlah isu besar, meski sudah memperoleh kemajuan.
"Kita belum sampai situ," tegas Kerry pada hari Minggu (6/7).(okz/ivi)