Basolang, Tradisi Suku Petalangan
Basolang, adalah budaya dan tradisi khas suku Petalangan. Meski, tradisi nan unik itu kian sukar dan teramat langka ditemui akibat tergerus zaman nan sombong, namun di sejumlah daerah tradisi bergotong-royong mendirikan rumah atau sejenisnya itu masih bisa ditemui.
Biasanya, kaum bapak-bapak yang berperan dalam basolang ini, sementara ibu-ibu menyibukkan diri di dapur secara bersama-sama pula membuat penganan untuk disuguhkan kepada pekerja basolang.
Tradisi yang dikenal dengan sebutan basolang ini adalah kerjasama antar tetangga dan famili dalam membangun rumah sanak kerabat. Misalnya, tanpa diganjar dengan upah dan upeti. Mereka, para pekerja secara kompak saling membahu membantu satu sama lainnya agar pekerjaan itu menjadi ringan dan cepat terselesaikan.
"Biasanya untuk mendirikan rumah, tradisi baso-lang ini masih ada disini khususnya dalam suku Petalangan. Yakni, secara bergotong royong, mulai mentari terbit hingga berbunyi Tatabau (senja), sanak kerabat akan saling bekerjasama membangun rumah hingga selesai dan bisa ditempati. Tradisi saling menolong ini tanpa diberikan upah kepada pekerja, mereka hanya diganjar makan siang secara bersama-sama oleh si empunya rumah," ungkap Surah yang dalam pertalian darah Suku Piliang Godang menyandang gelar Monti Ajo, Pemangku Adat dalam kawasan Petalangan, Selasa (30/6).
Kini, katanya, basolang tidak hanya dilakukan dalam menyelesaikan bangunan rumah sebagai tempat tinggal suku Petalangan. Salah satu suku majemuk yang ada di Kabupaten Pelalawan disebut pula 'Negeri Seiya Sekata'. Tapi, basolang juga dilakukan tatkala membuka tanah peladangan. Mulai dari prosesi tebang tebas hingga prosesi penyemaian bibit padi dilakukan secara bersam-sama, baik dalam kekerabatan keluarga maupun secara berkelompok.
"Begitu pula saat padi diladang mulai tunduk menguning, pertanda musim menuai padi tiba, dilakukan secara bersama-sama dengan sistem diupah dengan hasil tuaian yang takarannya telah disepakati bersama-sama. Kini, karena tidak ditemukan lagi lahan untuk peladangan, maka prosesi basolang membuat ladang hingga musim menuai ini, amat jarang ditemukan. Hanya ada dipelosok-pelosok kampung nan jauh terisolir, praktek unik masih ditemui," katanya lagi mengingat prosesi itu namun telah dikubur sang waktu.
Satu hal yang tak terlupakan, saat basolang menuai padi diladang adalah menjadi dambaan insan muda dalam bermain muda alias menjadi musim mencari jodoh pula. Konon, secara berpasangan mereka menuai padi diladang hingga menjelang matahari berada tepat diatas kepala, maka saatnya jamuan makan siang pun tiba. Dan tatkala musim menuai usai, maka berganti pula musim kawin bagi insan muda yang bermain muda. Sungguh tradisi unik dan kerap menjadi kerinduan tersendiri bagi masyarakat Suku Petalangan.***