Tak Ada Awan, Hujan Buatan tak Maksimal
PEKANBARU (HR)-Hingga saat ini, kabut asap masih terjadi di beberapa kawasan di Bumi Lancang Kuning. Meskipun sudah ada program teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan, namun sejauh ini program tersebut belum membuahkan hasil maksimal. Hujan buatan yang diharapkan bisa mengguyur Riau, tidak tercipta karena tidak ada faktor pendukung alam lainnya, yakni awan.
Kondisi ini diakui Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT) hujan buatan, Heru Widodo, Selasa (30/6). Ia mengakui, proses hujan buatan dengan menggunakan teknologi modifikasi cuaca (TMC), belum efektif untuk menurunkan hujan di daerah Riau.
Pasalnya kondisi awan yang ada di udara Riau, sangat minim dan kecil-kecil. Akibatnya, garam yang disemai tidak maksimal membentuk hujan. Bila pun ada hujan, air hujan yang turun juga tidak seperti biasa. Hanya ada beberapa titik yang sempat diguyur hujan buatan.
"Kita ada hujan tapi hanya spot-spot saja. Jadi ada hujan di satu titik hanya sembilan mili, lumayan itu, tapi hujannya tidak merata. Kondisi cuaca kita memang sangat kering sehingga butuh kerja keras," ungkapnya.
Dijelaskan Heru, sejak diperpanjangnya status siaga darurat Karhutla di daerah Riau dan dilaksanakannya kembali TMC tahap II, pada pekan lalu, pihaknya sudah enam kali terbang dengan menggunakan pesawat CN 295. Setiap kali terbang, pesawat mampu membawa garam sebanyak 2,4 ton untuk disemai ke udara.
Namun sejak awan tak tampak lagi, untuk sementara aktivitas penyemaian garam di udara juga dihentikan. Pasalnya, bila pun dipaksakan, maka hasilnya tidak akan maksimal.
"Dengan kondisi yang kering ini, kita ada tidak terbang beberapa hari ini, karena tidak ada awan. Kalau masih ada awan 8.000 saja kita terbang. Hari ini (kemarin red), kita terbang di daerah Inhil dan daerah lainnya," tambah Heru.
Diterangkannya, untuk Selasa (30/6) kemarin, pihaknya melakukan TMC di daerah Inhil dan Pelalawan. Sebanyak 2,4 ton garam telah disemai ke udara. Namun hingga saat ini, belum berbuah hujan.
Seperti dirilis sebelumnya, salah satu kawasan yang kabut asapnya mulai terasa mengganggu adalah Kota Dumai. Bahkan aktivitas penerbangan di Bandara Pinang Kampai sudah mulai terganggu. Akibatnya, sejumlah jadwal penerbangan terpaksa diundur atau ditunda, disebabkan jarak pandang di landasan pacu pesawat jadi berkurang.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Edwar Sanger, mengatakan, upaya maksimal terus dilakukan untuk pemadaman titik-titik api yang terpantau di Riau. Berdasarkan laporan satelit NOAA, hingga Selasa kemarin tercatat ada 45 titik api. 27 titik api konfiden di atas 70 persen.
"11 titik ada di wilayah Bengkalis, 13 di Pelalawan, 1 di Inhu dan 2 di Dumai," terangnya. Sebagai langkah antisipasi, koordinasi dengan perusahaan swasta juga terus dilakukan. Pemprov mengharapkan mereka dapat berpartisipasi dalam pemadaman, seperti RAPP dan Arara Abadi dengan bantuan helikopternya melakukan water bombing.
"Kendala kita awan tak ada, angin juga, sudah beberapa kabupaten belum ada laporan BPPT turun hujan dengan curah yang banyak. Walaupun Meranti dan Kuala Kampar, Pelalawan sempat mendung. Dikarenakan awan sedikit dan angin kencang," tambahnya.
Sementara itu, untuk beberapa wilayah di Riau, berdasarkan pantauan dan data ISPU yang dihimpun BPBD Riau, masih dalam kondisi sedang. Seperti Pekanbaru, Kampar, Siak, Dumai, Bengkalis dan Rohil sedang hingga siang ini.
"Walaupun Rohil sempat sangat tidak sehat pagi tadi dengan angka ISPU 229 Psi," tambah Edwar.
Saat ini pihaknya menyiapkan ratusan ribu masker. Masker itu akan dibagikan jika kondisi udara semakin memburuk. Masker tersebut akan disebar gratis kepada masyarakat.
Walaupun status siaga darurat Karhutla belum ditingkatkan, menjadi darurat, namun BPBD tetap mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menggunakan masker jika bepergian keluar rumah. Sebab akan berbahaya, walaupun asap belum melanda, namun polusi dengan cuaca panas sekarang juga dapat mengakibatkan datangnya penyakit. (nur)