Ilog Masih Marak di Rohil
BAGANSIAPIAPI (HR)-Aktivitas illegal logging atau perambahan hutan secara ilegal, ternyata masih marak terjadi di Kabupaten Rokan Hilir. Para pelaku aksi terlarang itu, jumlahnya cukup banyak. Begitu aktivitas mereka terpantau dari udara, mereka langsung berhamburan masuk ke dalam hutan.
Temuan itu terjadi ketika aparat Pemkab Rohil melakukan peninjauan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kabupaten itu, Sabtu akhir pekan kemarin. Pemantauan dilakukan dari udara dengan menggunakan helikopter. Saat itu, petugas menemukan aktivitas perambahan hutan secara liar
di Kecamatan Rimba Melintang dan Batu Hampar.
Pemantauan Karhutla tersebut dilakukan Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Rohil, Rahmatul Zamri, Kapolres Rohil AKBP Subiantor beserta jajaran. Secara bersamaan, juga dilakukan pemadaman api dengan menggunakan helikopter milik PT Sinarmas Group.
Aktivitas illog pertama, terpantau ketika helikopter terbang di atas Kecamatan Rimba Melintang. Di salah satu kawasan yang berada di tepian sungai kecil, terpantau banyak kayu hasil olahan ditumpuk di tepian sungai. Begitu melihat temuan itu, helikopter langsung terbang mengelilingi lokasi. Seketika itu juga para pelaku illegal logging yang berada di lokasi lari berhamburan dan menyembunyikan diri.
Kejadian serupa kembali terulang saat helikopter terbang di atas kawasan Kecamatan Batu Hampar. Sama dengan kejadian sebelumnya, para pelaku illog tersebut langsung berhamburan ketika helikopter terbang di atas tempat mereka beraksi. Bahkan ada beberapa orang yang nekat melompati kanal untuk melarikan diri.
"Kita akan secara tinjau lokasi itu dari jalat darat. Kita menduga kayu-kayu olahan yang ditumpuk itu merupakan hasil illegal logging. Kita segera tindak," terang
Rahmatul Zamri.
Sedangkan terkait Karhutla di Rohil, Rahmatul mengatakan, dari pemantauan melalui udara, masih ditemukan delapan titik api. Di antaranya di Kelurahan
Bagan Punak Kecamatan Bangko, Desa Sei Sialang Kecamatan Batu Hampar, Desa Melayu Besar Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan, Desa Balam
Sempurna Kecamatan Bangko Pusako, Desa Rantau Panjang Kiri Kecamatan Kubu, Desa Tanjung Leban Kecamatan Simpang Kanan, Desa Air Hitam
Kecamatan Tanah Putih dan Desa Ujung Tanjung Kecamatan Tanah Putih.
Umumnya, besaran api yang terpantau cukup bervariasi. Ada yang besar ada pula yang kecil. Sedangkan lahan yang terbakar mencapai puluhan hektare. Titik kebakaran, kata Rahmatul, didominasi di areal hutan dan perkebunan. Sedangkan untuk memadamkan api, helikopter memanfaatkan aliran air Sungai Rokan.
Tak Berkurang
Hingga Minggu (28/6) kemarin, titik panas yang melanda Riau belum berkurang. Seperti dituturkan
Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dari pantauan satelit Modis, terpantau ada 207 titik panas di Sumatera. Dari jumlah itu, sebanyak 71 titik berada di Riau.
"Kabupaten Pelalawan terpantau 24 titik api, Rokan Hilir 18 titik, Bengkalis 9 titik, Indragiri Hilir 6 titik, Dumai 5 titik, Siak 3 titik, Indragiri Hulu 3 titik, Kuantan Singingi, Kepulauan Meranti, Kampar masing-masing 1 titik api," kata Sutopo.
Lebih lanjut Sutopo menerangkan kalau secara keseluruhan luas lahan yang terbakar di Provinsi Riau seluas 142 hektare. Petugas gabungan dari Manggala Agni, BPBD, TNI, Polri dan relawan telah berhasil memadamkan 69 hektare. Sementara, 73 hektare belum dapat dipadamkan.
"Sejak Senin (22/6) hingga sekarang, hujan buatan yang dilakukan BPPT bersama BNPB dan TNI-AU masih mengalami kendala yakni tidak tersedianya awan-awan potensial di atmosfer yang layak untuk disemai dengan bahan NaCl. Pada Jumat (26/6) dan Sabtu (27/6) tidak dilakukan penerbangan menyemai awan," terang Sutopo lebih lanjut.
Dari 4 hari penerbangan untuk pembuatan hujan buatan tersebut, lanjut Sutopo, sudah menebarkan 9,2 ton bahan NaCl dengan pesawat terbang CN 295 TNI AU di ketinggian 11.000 - 13.000 kaki di wilayah Riau.
"Berdasarkan pola titik api tahun 2006-2014 di Sumatera-Kalimantan, jumlah titik api akan terus meningkat hingga Oktober mendatang. Puncak titik api pada September. Untuk itu, diharapkan semua pihak baik pemerintah, Pemda, dunia usaha dan masyarakat untuk selalu mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan," tutup Sutopo. (zmi, dod)