Selamatkan Gajah Sumatera di Riau
DURI (HR)- Nasib gajah Sumatra di Riau kini laksana telur di ujung tanduk. Populasinya terus menurun. Habitatnya sudah punah-ranah. Konflik dengan manusia terus berlanjut. Akibatnya ruang gerak satwa dilindungi itu makin terdesak. Kenyataan tersebut sangat mengkhawatirkan pengurus Himpunan Penggiat Alam (Hipam) Duri-Riau.
"Temuan bangkai gajah jantan muda tanpa gading di areal HPHTI PT Arara Abadi di KM 52 Dusun Suluk Bongkal Desa Koto Pait Kecamatan Pinggir baru-baru ini menambah catatan panjang kematian gajah di negeri ini. Ini sangat memperihatinkan kami," kata Ketua Hipam, Zulhusni Syukri didampingi Humas Arif, Rabu (24/6).
Derita gajah tak hanya sampai di situ. Menurut Husni, aksi perburuan gading pun diyakini akan semakin mempercepat lonceng kepunahan gajah di Bumi Lancang Kuning. "Di tengah ketidakpedulian banyak pihak termasuk pemerintah daerah, kami memandang perlu adanya sebuah gerakan nasional untuk menyelamatkan gajah Sumatra di Riau," ujarnya.
Diakui Husni, angka kematian gajah di Riau dalam beberapa tahun terakhir ini jauh lebih tinggi dari angka kelahirannya. Apalagi, perkembangbiakan gajah sulit. Masa melahirkan gajah betina sekali empat tahun. Hamilnya 16 bulan. Masa birahinya empat bulan. Kalau tak ketemu pasangan di musim kawin itu, birahinya akan hilang.
Humas Hipam, Arif menambahkan, dalam tahun ini saja sudah 2 ekor gajah mati di Kecamatan Pinggir. Kalau tak ada langkah nyata penyelamatan, sekitar 35 ekor gajah tersisa di Mandau-Pinggir akan terus menyusut.
"Selain ancaman jerat dan racun, aksi perburuan merupakan ancaman nyata bagi gajah di Pinggir. Apalagi kawasan di sekitar areal HPHTI PT Arara Abadi bersifat terbuka," katanya tak kalah risau.(sus)