Keberhasilan Ini Berkat Kerja Sama Semua Pihak
Akhirnya, 16 WNI yang sempat disekap oleh perusahaan perjudian di Kamboja diperbolehkan pulang semua. Kekhawatiran yang sebelumnya berkecamuk di hati keluarga dan kerabat para WNI itu pun seketika lenyap saat anak-anak muda itu kembali ke pelukan mereka di tanah Kepulauan Meranti.
Bagi saya yang mendapat tugas dari Ketua PWI Riau untuk membantu keluarga korban tentu juga merasa lega. Saya merasakan betul bagaimana kegundahan pihak keluarga yang sangat khawatir dengan nasib anak-anak mereka yang disekap oleh perusahaan perjudian tersebut. Apalagi sebenarnya, mereka disekap bukan karena Keberhasilan kesalahan yang mereka perbuat, melainkan karena ulah seorang bernama Jefry Sun yang menggelapkan uang perusahaan.
Banyak juga yang salah paham mengapa PWI Riau mau terlibat dalam hal ini, apalagi ini menyangkut kasus perjudian yang tentu saja bukan perbuatan yang baik. Namun persoalannya bukan soal bekerja di perusahaan perjudiannya, melainkan karena mereka, 16 anak muda yang bekerja di Kamboja itu, disekap oleh perusahaannya akibat kesalahan yang tidak mereka lakukan. Mereka juga diperlakukan dengan semena-mena di luar prosedur hukum yang sebagaimana mestinya.
Keterlibatan PWI Riau dalam upaya pemulangan TKI yang bermasalah di Kamboja ini bermula saat tiga orang kerabat 16 WNI tersebut mengadu ke kantor PWI Riau Rabu (13/5) . Ditemani H Marjoni, Sekretaris Ikatan Keluarga Minang Riau (IKMR), Ayang, Melin, dan Jumari mengisahkan soal nasib anak dan adik mereka yang sudah seminggu disekap pihak perusahaan yang bergerak di bidang resort dan rumah judi. Pihak perusahaan mengancam akan terus menahan anak-anak mereka jika tidak membayar ganti rugi senilai Rp2,1 miliar atas uang yang digelapkan oleh Jefry Sun, pria yang merekrut dan membawa anak-anak mereka ke Kamboja.
Hal ini tentu saja memberatkan para orang tua WNI yang rata-rata masih berusia 20-an tersebut. Kalau punya uang sebanyak itu, tentu mereka sudah bisa buka usaha sendiri dan tidak mengizinkan anaknya jauh-jauh merantau untuk bekerja di negeri orang.
Sebenarnya, sejak awal adanya permintaan tebusan, keluarga sudah mengadukan hal ini ke sejumlah pihak di Meranti, namun responnya terbilang lambat. Karena itulah, akhirnya pihak keluarga meminta pertolongan PWI Riau.
Ketua PWI Riau pun menyanggupi permintaan keluarga dan menugaskan saya mendampingi keluarga ke Kemenlu dan Kedubes Kamboja di Jakarta. PWI Riau juga berkoordinasi dengan pengurus PWI Pusat untuk membantu penyelesaian masalah ini melalui jaringan pengurus PWI di level pusat. PWI Riau kemudian menyebarkan informasi tentang adanya penyanderaan WNI di Kamboja pada hari itu juga ke berbagai media. Informasi ini kemudian menjadi berita nasional.
Apalagi saat saya dan keluarga korban melapor secara resmi ke Direktorat Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum di Kemenlu juga diliput TV One dan keesokan harinya diundang talk show oleh TV One. Kasus ini pun mendapat perhatian khusus berbagai kalangan.
Pihak Kemenlu dan KBRI langsung bekerja cepat. Saat saya dan keluarga korban tiba di Jakarta, staf KBRI sudah pula melihat kondisi para WNI yang disekap di Kamboja. Sehingga saat saya dan keluarga korban bertemu dengan Pak Khrisna Zaelani, di Direktorat Perlindungan WNI dan bantuan Hukum Kemenlu, kondisi terkini tentang WNI yang bekerja di Kamboja tersebut sudah lebih baik. Mereka sudah tidak lagi disekap ruangan sempit di kantor sekuriti perusahaan, melainkan sudah dipindahkan ke salah satu ruangan hotel di resort milik perusahaan.
Saya juga mengapresiasi sikap Pemkab Kepulauan Meranti yang juga merespon dengan baik masalah ini. Saya sempat berbincang langsung dengan Wakil Bupati Meranti saat masih berada di Jakarta. Saat itu saya sempat mengusulkan opsi agar Pemkab Kepulauan Meranti memfasilitasi keluarga korban menjenguk anak-anak mereka di Kamboja karena pihak Kemenlu mengaku sudah tidak memiliki anggaran untuk itu.
Saat itu Wabup Meranti Masrul Kasmi merespon positif wacana itu dan mengungkapkan akan membicarakan hal ini dengan Bupati Meranti Irwan Nasir, termasuk jika nantinya para WNI ini dapat bebas dan pulang ke Meranti agar dapat dibantu oleh Pemkab. Usulan serupa juga ternyata disampaikan langsung Ketua PWI Riau H Dheni Kurnia kepada Bupati Meranti Irwan Nasir.
Akhirnya, seperti yang kita ketahui bersama upaya memulangkan WNI di Kamboja tersebut berhasil dilakungan. Bukan hanya 16, tetapi menjadi 23 orang, karena ternyata ada 7 orang lagi warga Kepulauan Meranti yang bekerja di perusahaan yang sama, tapi tidak terlibat masalah. Pengakuan Jefry Sun yang belakangan tertangkap di Malaysia menjadi kunci bahwa ke-16 pemuda Meranti tersebut memang tidak terlibat dengan aksi penggelapan yang dilakukan Jefry.
Keberhasilan memulangkan 16 WNI yang sempat disekap di Kamboja ini sesungguhnya adalah buah dari kerja sama yang baik semua pihak. Pihak Kemenlu dan KBRI telah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menyelesaikan persoalan ini. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan diplomasi para diplomat kita di luar negeri sebenarnya cukup mumpuni.
Pihak Pemkab Meranti juga telah menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap nasib warganya. Kedatangan langsung Bupati Meranti Irwan Nasir ke Kamboja patut diapresiasi sebagai sikap pemimpin yang membantu warganya saat berada dalam kesulitan. Kalaupun ada polemik yang muncul antara Bupati Meranti dengan pihak KBRI, menurut saya itu hanyalah soal mispersepsi dan miskomunikasi saja dan sebaiknya tak usah berbuntut panjang. Bisa jadi Dubes RI di kamboja mendapat informasi yang salah soal kedatangan sang Bupati ke Kamboja. Atau sebaliknya, sang bupati yang terlalu keras mendesak agar warganya segera dapat dipulangkan, padahal tentu saja semua memerlukan proses dan tahapan diplomasi yang terencana dengan baik.
Peran pihak kepolisian RI juga patut mendapat apresiasi positif. Dari mulai tingkat Polres Meranti di bawah komando AKBP Z Pandra Arsyad, Kapolda Riau, hingga mabes Polri yang merespon dan mengambil tindakan cepat untuk menyelesaikan masalah ini.
Yang juga tidak terbantahkan adalah kekuatan media yang turut mendorong agar upaya pemulangan WNI ini dapat dengan cepat dilakukan. Pemberitaan yang massif yang dilakukan berbagai media di Indonesia terkait kasus ini membuat semua mata dan telinga terfokus untuk mencari cara bagaimana kasus ini dapat diselesaikan.
Kerja sama semua pihak lah yang sesungguhnya membuat masalah ini cepat selesai. Jika semua elemen bangsa ini bersatu, sesungguhnya tidak ada persoalan yang tidak dapat kita selesaikan, khususnya terkait kasus-kasus WNI bermasalah di luar negeri yang jumlahnya masih sedemikian banyak. Karena itu, sebaiknya kita menghindari sikap ingin menjadi pahlawan kesiangan dan mendiskreditkan pihak-pihak lain.
Semoga kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pihak. Bagi pihak keluarga semoga ini juga menjadi pelajaran berharga dan selalu mengingatkan anak-anak muda agar tak mudah tergiur dengan tawaran kerja di luar negeri dengan gaji yang besar. Selidiki dulu apa sebenarnya pekerjaan yang ditawarkan, kalau memang meragukan dan beresiko jangan izinkan anak-anak kita menerima tawaran itu.****