Aksi Simbolik di Sungai Siak, Massa Bentangkan Spanduk di PLTU Tenayan Raya

Aksi Simbolik di Sungai Siak, Massa Bentangkan Spanduk di PLTU Tenayan Raya

Riaumandiri.co - Sejumlah massa pecinta alam dan lingkungan hidup menggelar aksi simbolik di perairan Sungai Siak, membentang spanduk yang berlatar belakang kawasan PLTU Tenayan Raya, Selasa (22/4).


Aksi ini sebagai bentuk penolakan terhadap ketergantungan energi fosil dan desakan terhadap pemerintah untuk segera melakukan transisi menuju energi bersih berkeadilan.



Aksi ini mengusung tema global “Our Power, Our Planet” yang menyoroti urgensi energi terbarukan di tengah krisis iklim yang semakin mengancam kehidupan. 


Dengan menggunakan sampan, para peserta aksi menyusuri Sungai Siak dan membentangkan spanduk serta poster di perairan tepat PLTU Tenayan Raya.


PLTU Tenayan Raya salah satu pembangkit berbasis batubara di Kota Pekanbaru. Dalam aksinya, sejumlah massa bernamakan Orang Muda Riau menyerukan tuntutan pensiun dini PLTU dan peralihan segera ke sumber energi bersih yang berprinsip keadilan. 


“PLTU Tenayan Raya yang hingga kini masih beroperasi menjadi simbol kegagalan kita keluar dari ketergantungan energi kotor. Polusi yang dihasilkan PLTU ini terus mencemari Sungai Siak dan merampas hak warga di sekitarnya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pemerintah harus segera melakukan pensiun dini PLTU,” ujar Putri, relawan WALHI Riau yang tergabung dalam aksi. 


Aksi ini menyoroti bahwa lokasi sekitar PLTU menjadi titik strategis untuk menyuarakan keresahan terhadap dampak energi fosil. Sungai Siak yang dilalui tongkang batubara kerap tercemar akibat tumpahan angkutan dan limbah PLTU seperti Bottom Ash dan Fly Ash (FABA), yang membahayakan ekosistem dan kesehatan masyarakat. 


Massa juga menolak skema transisi energi palsu yang dimuat dalam dokumen RUED-P Provinsi Riau seperti co-firing biomassa dari cangkang sawit, PLTBm, dan PLTSa yang terbukti kontraproduktif dan tidak menyentuh akar masalah untuk benar-benar lepas dari ketergantungan terhadap energi kotor.


Menurut Sabila, anggota WANAPALHI USTI, pendekatan ini hanya akan memperkuat ketergantungan terhadap industri sawit dan menambah emisi dari sektor Forest and Other Land Use (FOLU) akibat meningkatnya kebutuhan bahan baku biomassa. 


“Transisi energi tidak bisa hanya soal mengganti sumber listrik, tetapi harus menjamin seluruh rantainya bersih, adil, dan partisipatif di mana seluruh proses pengadaannya memberikan ruang partisipasi yang bermakna bagi masyarakat,” tegas Sabila. 


Khariq Anhar, Presiden I Ibempi juga menyampaikan kritik yang diarahkan kepada pemerintah daerah. Menurutnya,  Pemda tidak ambisius dalam menghentikan penggunaan energi fosil dan menargetkan penurunan emisi. Orang Muda Riau mendesak peninjauan ulang terhadap RUED-P Riau serta mendorong kebijakan transisi energi yang tepat sasaran dan tidak terjebak pada solusi semu. 


“Kami tidak ingin mewarisi bumi yang rusak. Kami menuntut masa depan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Pemerintah harus segera menghentikan pembangunan PLTU baru, pensiunkan yang sudah ada, dan berkomitmen penuh pada transisi energi yang berpihak kepada masyarakat, bukan korporasi,” tutup Khariq.



Berita Lainnya