Iran-AS Mulai Rundingkan Soal Nuklir

Riaumandiri.co - Perundingan nuklir antara negosiator Iran dan Amerika Serikat dimulai hari ini di Muscat, Oman. Pihak-pihak yang akan melakukan pembicaraan dilaporkan telah berangkat ke negara tersebut.
Pembicaraan di Muscat adalah perundingan pertama di bawah pemerintahan Donald Trump saat ini. Ia bertekad ingin menghentikan program nuklir Iran berkembang pesat dan mengancam akan melakukan tindakan militer jika tidak ada kesepakatan.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya tidak menginginkan perang atau bom nuklir. Iran sejak lama menekankan bahwa program nuklir mereka untuk keperluan sipil.
“Delegasi Iran, dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi berangkat ke Muscat, tempat pembicaraan Iran-AS,” kata kantor berita resmi IRNA. Belakangan, TV pemerintah Iran mengatakan Araghchi bertemu dengan pejabat Oman setelah kedatangannya di ibu kota.
Menurut kantor berita Iran Tasnim, delegasi tersebut akan memulai negosiasi tidak langsung setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Oman Badr bin Hamad al-Busaidi. Pembicaraan diperkirakan akan dimulai pada sore hari dengan al-Busaidi sebagai perantara, tambah Tasnim.
Abbas Araghchi memimpin delegasi Iran. Seorang diplomat yang sangat berpengalaman, Araghchi sebelumnya adalah kepala perunding nuklir Iran. Dia telah menghadiri beberapa perundingan rahasia awal di Muscat 12 tahun lalu yang berujung pada penandatanganan perjanjian multilateral bersejarah di Wina pada 2015.
Di pihak AS, pembicaraan akan ditangani oleh Steve Witkoff. Witkoff adalah pengembang properti New York dan teman Presiden AS Donald Trump.
Dia sebelumnya ditugaskan untuk memimpin perundingan gencatan senjata di Gaza dan juga diminta menangani perang Rusia-Ukraina.
Abbas Araghchi mengatakan negaranya berupaya mencapai “kesepakatan yang adil dan bermartabat” dengan AS. “Jika ada kemauan yang cukup, kami akan mengambil keputusan mengenai jadwal perundingan,” ujarnya setelah pertemuannya dengan menteri luar negeri Oman di Muscat, Sabtu.
Dia menambahkan jika AS mengadopsi pendekatan yang sama, maka ada peluang untuk mencapai “pemahaman awal” yang dapat membuka jalan bagi negosiasi.
Beberapa jam sebelum perundingan dimulai, Trump mengatakan kepada wartawan di pesawat Air Force One bahwa dia ingin Iran "menjadi negara yang luar biasa, hebat, dan bahagia. Namun mereka tidak boleh memiliki senjata nuklir."
Dia menggambarkan pertemuan hari ini di Oman sebagai pertemuan “besar”. Iran menegaskan program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil.
Berita Lainnya
- Pandemi Belum Juga Usai, WHO Kirim Tim ke China Cari Sumber Penyebab Corona
- Topan Hebat di Brasil Tewaskan 11 Orang
- Pemerintah Putus Kontrak Katering Arab Saudi
- GKSB DPR RI Kutuk Aneksasi Israel di Tepi Barat
- Menteri Kesehatan Tarik Dua Obat Bius Bermasalah
- Cerita Korban Selamat Pesawat Jatuh di Pakistan: Saya Hanya Bisa Melihat Api