Jaga Daya Saing Indonesia, Pemerintah Perlu Reformasi Tata Kelola Riset

Jaga Daya Saing Indonesia, Pemerintah Perlu Reformasi Tata Kelola Riset

RIAUMANDIRI.CO - Peneliti Masyarakat Ilmuwan Teknologi Indonesia (MITI) Pujiatmoko menilai sistem riset dan inovasi Indonesia saat ini masih menghadapi hambatan serius. Dampaknya daya saing global Indonesia stagnan bahkan turun.

Meskipun anggaran riset sering menjadi fokus pembicaraan, kenyataannya kesuksesan riset tidak hanya bergantung pada dana. Karena itu Pujiatmoko minta Pemerintah melakukan reformasi tata Kelola riset untuk menjaga daya saing Indonesia.

Indonesia memiliki peluang besar untuk memperbaiki sistem risetnya dengan mengedepankan reformasi pendidikan, pelatihan peneliti muda dan penguatan kolaborasi antarsektor.

“Negara-negara maju seperti Jepang dan China telah membuktikan bahwa keberhasilan riset dan inovasi lebih ditentukan oleh pendekatan holistik yang melibatkan pendidikan kreatif, pelatihan berkualitas, dan kolaborasi lintas sektor. Bukan sekedar aspek pendanaan," ujar Pujiatmoko," Jumat (14/3).

Ia mengaggap pendidikan Indonesia masih terfokus pada hafalan dan ujian standar yang membatasi kreativitas dan pemikiran kritis siswa.

Jepang berhasil menerapkan kurikulum berbasis proyek untuk mendorong kreativitas SDM-nya.  Karenanya, Indonesia juga perlu melakukan reformasi pendidikan dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis proyek dan riset di pendidikan tinggi di samping memberikan pelatihan kreatif bagi guru dan dosen.

“Jepang memiliki program pelatihan seperti JSPS yang memberikan pelatihan intensif dan peluang kolaborasi internasional bagi peneliti muda mereka.  Sementara kita masih kekurangan program serupa. Peneliti muda di Indonesia sulit mengakses mentoring berkualitas, dana riset memadai dan kolaborasi internasional,” jelasnya.

Reformasi pendidikan harus dilakukan dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis proyek dan riset dalam kurikulum pendidikan tinggi. Kemendikbudristek dan BRIN perlu berkolaborasi untuk menyediakan bahan ajar yang mendukung kurikulum riset. Pihak swasta dapat mendukung dengan memberi dana hibah untuk pelatihan kreatif dan kompetisi riset.

"Untuk mendukung peneliti muda, BRIN harus memperluas program pelatihan dan beasiswa internasional, sementara pihak swasta diharapkan menyediakan peluang magang di perusahaan riset dan industri,” tandas Pujiatmoko.

Menurutnya dengan terobosan seperti itulah baru kita bisa menyiapkan SDM andal, agar Proyek Strategis Nasional (PSN) 2025-2029 serta pembangunan industri kedirgantaraan kita dapat melesat jauh. (*)



Tags IPTEK

Berita Lainnya