Wacana Sekolah Libur Selama Ramadan, Pengamat: Siswa Bisa Lakukan Proyek Sosial
Riaumandiri.co - Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) tengah menggodok wacana meliburkan aktivitas sekolah selama satu bulan penuh pada Ramadan 2025.
Wacana ini mencuat setelah mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk efektivitas proses belajar mengajar selama bulan puasa, serta kebutuhan siswa dan guru untuk menjalankan ibadah dengan lebih khusyuk.
Isu mengenai libur sekolah selama Ramadan menjadi perhatian publik seiring semakin dekatnya bulan suci tersebut.
Pengamat Pendidikan Riau, Prof.Afrianto Daud menyambut baik dan mengatakan ide tersebut menarik, menurutnya siswa bisa melaksanakan pembelajaran seperti yang ada dalam kurikulum merdeka yakninya berbasis proyek sosial.
Jadi, pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah secara formal, kini bisa dilakukan di rumah masing-masing dan tempat ibadah.
"Ramadhan ini bulan tarbiyah atau pendidikan. Tantangannya tetap melaksanakan proses pendidikan, namun tidak datang ke sekolah," ujarnya.
"Bisa dilaksanakan di tempat masing-masing, atau di masjid sekitar rumah," sambungnya.
Sehingga siswa bisa didorong untuk melakukan kegiatan sosial untuk belajar berbagi antar sesama. Prof Anto, sapaan akrabnya mencontohkan siswa bisa memberi bantuan kepada panti asuhan atau beri takjil gratis di jalan jalan.
Namun, kegiatan itu perlu diawasi secara ketat oleh guru, maupun orang tua.
"Misalnya membantu orang orang yang tinggal di panti asuhan atau sederhana memberi makan gratis saat buka puasa, Jadi jiwa sosial anak meningkat, mampu dia memikirkan orang lain, membantu orang lain. Namun perlu terkoordinir dengan baik," ujarnya.
Perlu diketahui, Project Based Learning ialah salah satu proses kegiatan belajar mengajar yang memberi penekanan kuat pada pemecahan masalah sebagai usaha kolaboratifnya.
Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mengerjakan suatu proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan.
Libur sekolah selama Ramadhan juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendalami pengalaman spiritual dengan Tuhan nya.
"Proses pendidikan selama Ramadhan bagaimana ibadah sosialnya, tentu juga ibadah spiritualnya, misalnya mesti berpuasa, berzikir, shalat sunnah, dan saya fikir tak susah karena di Indonesia sudah ada pesantren kilat," katanya.
Prof Anto menyebut program Libur sekolah selama bulan puasa pernah diberlakukan di masa pemerintahan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, tepatnya pada Ramadan 1999.
Selain meliburkan sekolah selama sebulan penuh, Gus Dur juga mengimbau sekolah-sekolah membuat kegiatan pesantren kilat. Tujuannya, agar para siswa dapat lebih fokus untuk belajar agama Islam. Selain itu, sekolah juga meminta siswanya untuk melaporkan kegiatan ibadah selama Ramadan, seperti tadarus hingga tarawih.
Sehingga, proses pendidikan siswa tak hanya secara kognitif atau pengetahuan di sekolah, namun juga dapat memperkuat pendidikan mental dan karakter. "Jadi saya menyambut positif sehingga proses pendidikan anak anak kita tak fokus pada kognitif saja, sekarang juga bersifat pendidikan mental dan karakter," ujarnya.
Namun, menjadi catatan dari Prof Anto ialah tidak melepaskan anak begitu saja, mesti ada pedoman ataupun arahan dari guru maupun orang tua. "Insyaallah bisa lebih maksimal, karena tak pergi ke sekolah, namun harus melaksanakan kerja sama berbagai pihak, saya support dengan catatan jangan dilepas begitu saja, mesti ada pedoman maupun arahan," ujarnya.
Tentunya apabila siswa di lepas begitu saja, akan menghabiskan waktu tanpa aktivitas yang bermakna, apalagi ditengah godaan teknologi dan media sosial yang tinggi