Dari Eucaliptus Jadi Produk Fashion Ternama Dunia

Dari Eucaliptus Jadi Produk Fashion Ternama Dunia

Riaumandiri.co - Viscose atau yang kerap disebut dengan istilah rayon viscose merupakan hasil regenerasi serat rayon sehingga termasuk jenis kain semi sintetis (serat alami yang diporses denggan bantuan zat kimia). 

Karakter kainnya hampir sama dengan kain rayon, namun ketika disandingkan maka serat viscose akan tampak lembih mengkilap dibandingkan kain Rayon.

viscose berasal dari kayu eucalyptus. Viscose adalah material tekstil yang terbuat dari selulosa yang didapatkan dari pulp kayu, termasuk kayu eucalyptus.


APR mampu menyulap eukaliptus menjadi sebuah produk fashion ternama melalui teknologi yang mumpuni dan berkelas dunia.

APR sendiri menanam tiga spesies utama untuk menghasilkan pulp dan kertas: Acacia mangium, Eucalyptus dan Acacia crassicarpa yang mampu tumbuh dengan cepat, serta spesies hibrida untuk memenuhi permintaan konsumen. Program perbaikan genetik alami dilakukan untuk meningkatkan hasil dari masing-masing spesies dan meningkatkan produktivitas.

APRIL dan APR berada dalam satu kawasan industri yang sama di Pangkalan Kerinci, Riau. APR adalah produsen serat viscose-rayon berkelanjutan terdepan di Indonesia dan APRIL adalah main supply partnernya.

Serat Viscose rayon memberikan manfaat ke dalam pakaian, kain rumah dan produk kebersihan yang digunakan orang setiap hari. 

Terbuat dari selulosa kayu, viscose rayon memiliki tampilan sutra dan nuansa kapas dengan sifat kenyamanan, breathability, dan daya serap yang sama.

 Mudah diwarnai, viscose rayon ditenun atau dirajut untuk membuat pakaian dalam, pakaian bayi, rok, kemeja dan gaun yang lembut pada kulit. Di rumah, viscose rayon ini adalah kain yang ideal untuk seprai, handuk, taplak meja, serbet, sampul furnitur, tirai, dan tirai tinggi.

Viscose rayon adalah alternatif sepenuhnya biodegradable untuk akrilik, polyester, nylon dan kain sintetis berbasis minyak bumi lainnya. 

Cellulose pulp dari perkebunan yang dikelola secara berkelanjutan dari pohon acacia dan eucalyptus yang tumbuh cepat juga menjadikan viscose rayon sebagai alternatif yang bagus untuk kapas, yang ditanam di lahan pertanian dengan menggunakan air dalam jumlah besar. Permintaan viscose rayon semakin meningkat karena orang hanya menginginkan yang terbaik menyentuh kulit mereka.

Selain itu, viscose juga memiliki tekstur Lembut dan bernapas seperti kapas dan halus seperti sutra, rayon viskosa mengembang indah, memberikan kenyamanan ekstra dan kepuasan bagi pelanggan.

Head of Corporate Affairs APR, Djarot Handoko mengatakan perusahaan mempunyai sebuah tagline yang luar biasa, yakninya "Plantation to Fashion".

" Viscose ini diproduksi sepenuhnya dari Pangkalan Kerinci, kita punya tagline dari Indonesia untuk dunia, plantation to fashion " katanya.

Salah satu karya APR pernah ditampilkan di ruang kolaboratif untuk mempromosikan fashion, seperti Jakarta Fashion Hub (JFH). 

Sedangkan Jakarta Fashion Week merupakan karya para fashion designer mitra bina APR. 

"Kita pun sudah menerapkan industri 4.0 yang telah kita tampilkan dari Jakarta Fashion Hub, Jakarta Fashion Show. Untuk JFH itu kita sudah bekerja sama dan memiliki mitra bina," kata Djarot. 

Tak hanya itu APR juga mampu membina para pengrajin dengan memberikan beasiswa secara gratis untuk belajar di sekolah Islamic Fashion Institute.

"Kita kirim setiap tahun ke sekolah fashion namanya Islamic Fashion Institute dan berkolaborasi dengan para ahli batik disana," sebutnya. 

 Dalam Festival Renjana Cita Srikandi, APRIL dan APR membuka booth yang memamerkan produk baju berbahan viscose. Pengunjung diberikan edukasi mengenai fashion berkelanjutan, dimana viscose-rayon sebagai pilihan bahan yang tepat dalam fashion, karena sifatnya yang mudah terurai (biodegradable) dan terbarukan (renewable).

Presiden Director of APR, Basrie Kamba mengatakan APR menghasilkan kurang lebih 450 ribu ton kain batik yang bisa terbuat dari viscose maupun katun.

"Kita punya sutra juga, tentu kebutuhan akan kain itu cukup besar, sekitar 450 ribu ton batik rata rata, bisa kita campur dengan viscose atau polyester, contohnya itu jeans. Jeans itu katun, karena strukturnya lebih kuat," kata Basrie Kamba.

Tak hanya itu, untuk memastikan keberlangsungan kehidupan planet Bumi yang semakin panas dan padat, APR memastikan bahan baku viscose maupun katun tersebut mudah terurai dan berkelanjutan.

"Planet Bumi kita ini dihuni kurang lebih 7 miliar orang, saintis menyebutkan bumi kita panas namanya global warming. Semua pebisnis di negara lain pasti berkomitmen menjaga bumi, agar ini tetap beroperasi," katanya.

"Brand brand besar juga sudah mengutamakan bahan baku yang berkelanjutan, mudah terurai," sambungnya.

Ia menjelaskan APR sendiri telah menghasilkan katun sebesar 39 persen, rayon 19 persen, dan polyester 30 persen

APR bersama pengrajin dari API telah menghasilkan kain tenun yang mendunia, salah satunya pernah ditampilkan di Paris, Prancis. 

Proses pembuatan viscose sendiri pun dimulai dari Sama halnya dengan rayon, serat viscosa juga terbuat pulp yaitu sejenis bubur kayu dari pohon pinus, beech, kayu putih atau bambu. Proses pembuatan kain viscose terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu:

1.       Pembuatan bubur kayu

Pembuatan kain viscose dimulai dengan ekstraksi serat selulosa dari batang pohon dengan mengolahnya menjadi bubur kayu menggunakan bahan kimia terlarut yaitu natrium hidroksida.

2.       Alkalisasi (Pembuatan alkali selulosa)

Selanjutnya yaitu proses alkalisasi yang dilakukan dengan mereaksikan pulp selulosa dengan NaOH 18% dalam pulper. Langkah ini bertujuan mendapatkan slurry alkali selulosa, membersikan serat dan melarutkan hemiselulosa dengan NaOH.

3.       Pemeraman atau Angeing

Proses selanjutnya yaitu pemeraman larutan hasil alkalisasi selama kurang lebih 6 jam dengan kecepatan 0,3-0,6 rpm. Proses ini mampu menurunkan derajad polimerisasi untuk memudahkan proses selanjutnya. Setelah pemeraman, alkali selulosa akan melewati blower bertekanan udara yang berfungsi menghilangkan logam-logam alkali dan dikirim ke hopper.

4.       Xantasi

Xantasi adalah proses pengubahan alkali selulosa ke bentuk selulosa xantat. Pada tahapan ini, alkali selulosa direaksikan dengan karbon disulfida di dalam xantator. Sebelum penambahan karbon disulfida, alkali selulosa harus diperam selam 7 menit untuk menghindari ledakan yang disebabkan oleh reaksi antara udara dan karbondioksida.

5.       Pelarutan dan pencampuran

Alkali selulosa xantat yang didapatkan dari proses xantasi kemudian direaksikan dengan NaOH 20g/L. Kedua bahan ini dimasukkan pada alat dissolver dan fine homogizer untuk menghasilkan larutan viskosa kental. Proses ini harus dilakukan pada mesin bersuhu rendah supaya tidak terjadi dekomposisi xantat dan produk samping. Hasil dari proses ini lalu dialirakan ke blender guna mendapatkan larutan yang lebih rata dan halus.

6.       Pematangan. Pematangan dilakukan dengan melewarkan larutan pada first filter dan disedot dengan deaerator. Filter dan deaerator berfungsi menghilangkan berbagai faktor penghambat proses pemintalan seperti kotoran, debu, karat, serat halus, dan gelembung udara yang kemungkinan bisa memutus serat filamen saat pemintalan. Tujuan utama dari proses pematangan yaitu untuk menyempurnakan reaksi pembentukan viskosa dalam ripening tank.

7.       Spinning atau pemintalan. Larutan yang sudah melalui proses pematangan selanjutnya dipintal dengan metode wet spinning atau pemintalan basah. Pertama-tama, larutan viscosa dimasukkan dalam penampung (spinning tank) dan dipompakan ke candle filter. Selanjutnya, larutan dipintal melalui lubang spineret lalu diendapkan pada larutan koagulan sehingga membentuk filamen rayon yang disebut tow.