Belasan Orang Meninggal Akibat Demam Marburg di Rwanda
Riaumandiri.co - Sebanyak 11 orang dilaporkan meninggal dunia akibat demam Marburg di Rwanda, menurut otoritas kesehatan negara tersebut. Hingga saat ini, negara Afrika Timur ini masih menelusuri sumber wabah yang pertama kali terdeteksi di antara para pasien di fasilitas-fasilitas kesehatan.
Menurut laporan pemerintah Rwanda, ada 36 kasus Marburg yang dikonfirmasi, dengan 25 di antaranya sedang menjalani isolasi. Wabah ini pertama kali diumumkan pada 27 September dan melaporkan enam kematian sehari kemudian.
“Sumber virus masih belum jelas, sehingga menimbulkan kekhawatiran penularan. Mengisolasi pasien dan kontak eratnya menjadi kunci untuk menghentikan penyebaran demam berdarah virus seperti Marburg,” kata pemerintah Rwanda, dilansir AP, Jumat (4/10/2024).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa kasus-kasus di Kigali, ibu kota Rwanda, menimbulkan risiko penyebaran internasional. Pasalnya kota ini memiliki bandara internasional dan terhubung melalui jalan darat ke kota-kota lain di Afrika Timur.
“WHO menilai risiko wabah ini sangat tinggi di tingkat nasional, tinggi di tingkat regional dan rendah di tingkat global,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Kekhawatiran terhadap wabah ini juga meningkat di Eropa, di mana dua orang warga Jerman yang baru kembali dari Rwanda harus menjalani isolasi. Meskipun keduanya dinyatakan negatif virus, namun isolasi dinilai penting karena mereka tercatat pernah berada di fasilitas medis yang menangani pasien Marburg di Rwanda.
Laporan media Jerman mengatakan kekhawatiran akan virus tersebut membuat pihak berwenang menutup dua jalur di stasiun kereta api tempat kedua orang tersebut tiba. Semenara itu, di Rwanda, sebagian besar kasus terjadi pada tenaga kesehatan di enam distrik. Beberapa pasien tinggal di distrik yang berbatasan dengan Kongo, Burundi, Uganda dan Tanzania. Sebanyak 300 orang yang melakukan kontak dengan pasien Marburg telah diidentifikasi, dan sejumlah orang yang tidak disebutkan jumlahnya berada di fasilitas isolasi.
Menteri Kesehatan Rwanda, Sabin Nsanzimana, mengatakan bahwa uji klinis untuk vaksinasi akan segera dimulai. Akan tetapi, dia tidak menjelaskan jenis vaksin apa yang akan digunakan.
Selain itu, warga Rwanda diimbau untuk menghindari kontak fisik guna mencegah penyebaran. Langkah-langkah ketat telah diberlakukan, termasuk larangan kunjungan ke sekolah dan rumah sakit serta pembatasan jumlah orang yang dapat menghadiri pemakaman korban Marburg. Seperti halnya Ebola, virus Marburg diyakini berasal dari kelelawar buah dan menyebar di antara manusia melalui kontak erat dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi atau dengan permukaan, seperti seprai yang terkontaminasi. Tanpa pengobatan, Marburg dapat menyebabkan kematian hingga 88 persen.