Kaula Muda Konsumsi Narkoba Hingga Miras, Akademisi Sosiolog: Kurang Kontrol Keluarga dan Anomi Masy

Kaula Muda Konsumsi Narkoba Hingga Miras, Akademisi Sosiolog: Kurang Kontrol Keluarga dan Anomi Masy

Riaumandiri.co - Kasus narkoba dan penggunaan minuman keras (miras) di kalangan pelajar dan mahasiswa menjadi atensi berbagai pihak. 

Banyaknya pelajar dan mahasiswa yang terjaring razia Ditresnarkoba Polda Riau tentu menjadi prihatin bagi dunia pendidikan maupun lingkungan sosial khususnya di Pekanbaru

Oleh karenanya, Akademisi Sosiologi Patologi FISIP UNRI, Muhammad Ihsan, S.Pd.I, M.Si mengatakan kurangnya kontrol orang tua dan anomi menjadi penyebab utama permasalahan ini.


"Kalau kami Sosiologi menilai karena kesibukan orang tua yang tak pernah menanyakan kabar anaknya, dimanjakan apapun dituruti," kata Muhammad Ihsan

Anomi juga hal yang menjadi penyebab, anomi merupakan kondisi yang mana masyarakat tidak banyak memberikan petunjuk moral kepada individu. 

Menurut nya manusia yang seharusnya merupakan makhluk sosial mampu memberikan pengawasan maupun saling mengingatkan diantara sesama, baik bertetangga maupun dalam keluarga.

Fenomena saat ini dinilai Ihsan murni bukan dari pribadi seseorang, melainkan ketidakmampuan sosial untuk mengatur nilai dan norma yang mengatur masyarakat itu sendiri.

"Ada namanya anomi, itu ketidakmampuan nilai sosial untuk mengatur masyarakat di lingkungan nya, kalau dulu orang tua, mamak kita, itu kalau ada yang melanggar langsung heboh, pamali," katanya.

Namun, saat ini orang merasa bodo amat dengan tetangga maupun lingkungan nya. "Sekarang orang merasa bodo amat, apalagi masyarakat kota, heterogen, rumah berpagar takda saling mengingatkan," lanjutnya.

Sehingga dari anomi tadi menimbulkan sosial differensial, yaitu fenomena 'ikut-ikutan', "Di Sosiologi itu ada namanya sosial differensial, orang akan mengikuti yang cenderung dominan, padahal yang dominan itu belum tentu benar," ujar Ihsan.

Pengaruh media sosial dalam kehidupan masyarakat sangat menentukan perilaku dan karakter saat ini.

Informasi yang disajikan pun terkadang tidak mendidik, sehingga mudah sekali bagi generasi muda untuk berkata kasar maupun melawan orang tua.

"Itulah saya tak cerita siapa, pengalaman saya sendiri lah, anak saya selalu saya pantau, saya tanya, saya batasi itu main hapenya, 15 menit ya, itu aja masih ada kata yang tak pantas dikeluarkan nya, saat ditanya ternyata dari sosial mediaa dan lingkungan temannya," ungkap Ihsan. 

Hal itu juga dipengaruhi oleh Post Truth, post truth adalah suatu era dimana kebohongan dapat menyamar menjadi kebenaran. Caranya dengan memainkan emosi dan perasaan netizen.

Peningkatan budaya keislaman di tingkat sekolah maupun kampus perlu dilakukan, hal itu lantaran kurangnya jam mata pelajaran Agama Islam maupun akhlak di sekolah dan kampus.

"Misalnya kegiatan rohis itu penting dilakukan, kajian kajian," singkatnya.

Ditambah lagi perlunya keteladanan dari dosen maupun seseorang yang dituakan agar nantinya mampu mempengaruhi hal baik dan memberikan manfaat kepada seseorang lainnya.

"Keteladanan itu penting, dari orang tua maupun dosen, anak ini kan dia imitasi nya ke orang tua, mahasiswa ke dosen, misalnya mahasiswa dituntut tepat waktu, ya dosen juga jangan terlambat, ini kadang mohon maaf dosen pun kadang telat," lanjutnya. 

Budaya Adat yang Mulai Hilang.

Akademisi Sosiologi FISIP UNRI itu juga menilai budaya Melayu Riau yang mulai terkikis di masyarakat. 

Misalnya penghormatan terhadap yang lebih tua ataupun status adatnya yang lebih tinggi. "Adat itu dikembalikan ke kita caranya bagaimana, mulai terkikis, misalnya kalau di Melayu Riau itukan ada Gurindam 12," katanya.

Dahulu orang tua mengingatkan anaknya menggunakan cara perumpaan, hal itu saat ini jarang sekali dijumpai.

"Misalnya dahulu itu orang tua kita menilai dengan cara perumpaan, misalnya kata guru kami, kalau orang yang dalam pikirannya hanya sebatas isi perut, maka derajatnya tidak lagi baik apa yang dikeluarkan, maksudnya, kalau orang hanya mikir kesenangan dunia, ya sementara, makan pagi, besok sore udah keluar lagi," ujar Ihsan. 

Menurutnya perlu adanya penguatan Lembaga Adat Melayu Riau dalam membantu mempengaruhi budaya hingga ke tingkat kelurahan.