Baru Tergarap 13 Persen
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau menyatakan potensi sumber daya perikanan di Riau yang telah tergarap baru sekitar 13 persen, dan hasilnya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan ikan di daerah itu.
"Dari ikan laut, dan budidaya air tawar produksi di Riau baru sekitar 80 ribu ton per tahun. Sedangkan, potensi kita luasnya mencapai 123 ribu hektare, artinya baru 13 persen yang digarap," kata Pelaksana Tugas Dinas Perikanan dan Kelautan Riau, Surya Maulana di Pekanbaru, beberap waktu lalu.
Menurutnya, potensi perikanan yang besar itu membuat Pemprov Riau mulai memikirkan cara untuk meningkatkan budidaya ikan dengan penerapan teknologi yang terbaru.
"Kalau untuk kebutuhan kita belum bisa terpenuhi. Kita masih datangkan dari daerah tetangga, padahal kalau dilihat dari kebutuhan dan jumlah penduduknya, Riau adalah pasar yang potensial," katanya.
Surya mengaku menyayangkan, sejumlah spesies ikan yang memiliki nilai jual cukup tinggi justru mulai punah. Dua spesies tersebut adalah ikan Kurau dan Terubuk.
"Seperti ikan Kurau dan Terubuk, keduanya sudah mulai punah. Padahal, saya rasa itu lebih enak daripada Salmon dan seharusnya kita yang harus melestarikannya," ujarnya.
Pemprov Riau sedang menjajaki kerjasama dengan pemerintah Norwegia untuk pengembangan teknologi budidaya ikan. Penjajakan kerjasama itu ditandai dengan kunjungan Konselor Perdagangan dari Kedutaan Besar Norwegia Ole Schanke Eikum ke kantor Gubernur Riau di Kota Pekanbaru, Jumat.
Turut hadir dalam pertemuan itu, tim ahli dan pengusaha perikanan Norwegia yang turut didampingi oleh legislator Komisi B DPRD Riau yang membidangi perikanan.
"Kita akan lihat peluang kerjasamanya seperti apa. Masih banyak tahapan untuk kerjasama ini, nantinya kita akan coba untuk identifikasi dulu secara detil untuk megetahui teknologi mana yang sesuai. Selain itu, kita akan coba bawa mereka ke lapangan di daerah pesisir untuk melihat potensi perikanan disana," ujarnya.
Penerapan teknologi untuk perikanan sangat penting untuk menjaga agar eksploitasi sektor perikanan dan kelautan tetap lestari. Kita meminta nelayan untuk menghentikan penggunaan alat tangkap yang membayakan ekosistem, tentu harus dicarikan teknologi untuk mereka yang lebih baik.
Konselor Perdagangan dari Kedutaan Besar Norwegia, Ole Schanke Eikum, mengatakan baru pertama kali menginjakan kaki di Riau dan menilai daerah tersebut cocok untuk pengembangan budidaya ikan.
"Kami sudah berkeliling ke sembilan provinsi lainnya, termasuk Riau, dan daerah ini cocok untuk pengembangan budidaya perikanan," ujarnya.
Menurut dia, pemerintah Norwegia siap untuk mentransfer teknologi dalam pengembangan sektor perikanan. Sebab, negara tersebut sudah sejak lama mengembangkan sektor perikanan, khususnya ikan Salmon, yang telah diekspor ke lebih dari 100 negara.
"Kita akan melihat kerjasamanya nanti seperti apa untuk melihat ikan khas tropis yang bagus untuk dibudidayakan di Riau. Pada prinsipnya, pemerintah Norwegia sudah memiliki pengalaman yang panjang dalam perikanan dan siap melakukan transfer teknologi di Riau," ujarnya.
Menurut dia, dari hasil penjajakan kerjasama tersebut sangat terbuka peluang adanya perusahaan Norwegia yang bisa berinvestasi di Riau untuk budidaya perikanan mulai dari pembibitan, riset, hingga pengemasannya.***