Dinkes Pekanbaru Bahas Perencanaan ATM

Dinkes Pekanbaru Bahas Perencanaan ATM

Riaumandiri.co - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekanbaru mengadakan pertemuan membahas penanganan penyakit menular ATM (AIDS, Tuberculosis, dan Malaria).

Pada pertemuan tersebut dibahas secara intensif mengenai realisasi anggaran dan pencegahan tiga penyakit menular tersebut.

Dimulai dari penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) penyakit menular seksual ini berasal dari Pekerja Seks Komersial (PSK) yang berasal dari tempat hiburan malam (THM). 


Kepala Bidang ( Kabid ) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Pekanbaru Syamsimar menjelaskan penanganan HIV oleh tim Dinkes yakninya penjaringan mobile VCR. 

"Kita sudah datangi tempat hiburan malam (THM) dan tim penjaringan mobile VCR bekerja sama dengan Pariwisata, Satpol PP, dan ada juga penjaringan lapas," kata Syamsimar.

Realisasi anggaran yang dipaparkan Syamsimar yakninya pada tahun 2023 untuk penanganan HIV sebesar Rp 392.999.792 atau sekitar 62,26 persen.

Saat ini terkait HIV sudah didukung oleh APBN dan juga Global Fund. 

Lanjut, penulatan penyakit TB Dinkes Pekanbaru sudah melaksanakan dapat koordinasi, peningkatan akses layanan TB bermutu, pengobatan pencegahan TB khusus, dan pemanfaatan hasil riset dan teknologi untuk skrining dan diagnosis. 

Selain itu, perlunya peningkatan kerja sama komunitas, mitra dalam eliminasi TB serta penguatan manajemen melalui penguatan sistem.

Syamsimar menjelaskan untuk kota Pekanbaru, kasus TB kita telah mencapai target yang cukup besar yakninya 66 persen. "Untuk Kota Pekanbaru kasus TB kita mendapatkan 66 persen dari target yang telah ditetapkan," ungkap Syamsimar.

Lanjutnya, jika masyarakat umum menilai semakin tinggi kasus TB maka penanganan tak berhasil.

Namun, berbeda dengan TB, jika semakin besar pengungkapan kasus, maka semakin berhasil pencegahannya.

"Kalau orang awam itu semakin besar tak berhasil, kalau di TB beda, semakin kita mendapatkan kasus yang banyak, berarti memperkecil penularan, karena kita melakukan penjaringan," kata Syamsimar. 

Ia mengungkapkan resiko terbesar laki-laki itu TB Sensitif Obat (SO) dan berdampak pada ekonomi.

Kabid P2P juga menjelaskan bahwasanya saat ini penanganan TB di Pekanbaru ada di dua rumah sakit, diantaranya RS Arifin Ahmad dan RSD Madani. 

Kemudian ia juga melanjutkan bahwasanya orang yang terkena TB wajib diperiksa juga penyakit HIV.

"Kalau pasien TB harus diperiksa HIV, begitu sebaliknya, data 2020-2024 untuk sampai Juni 2024 itu pasien yang positif TB dan HIV sebanyak 58 orang dengan kasus TB 2.073 kasus," ungkapnya. 

Upaya yang telah dilakukan Dinkes Pekanbaru untuk menangani TB diantaranya berkoordinasi lintas sektor termasuk NGO Kopi TBC. 

Lalu, Dinkes juga melakukan pendampingan dengan pasien TB, dan melakukan penyuluhan serta penjaringan orang yang terduga TB di berbagai tempat, diantaranya sekolah, lapas, dan perusahaan.

"Kita juga lakukan koordinasi dengan komunitas TBC, pendampingan pasien TB, penyuluhan, penjaringan terduga TB di sekolah, perusahaan, dan lapas," sebutnya. 

Selain itu juga, penanganan TB juga mengoptimalkan realisasi sumber daya diantaranya APBD, APBN, dan Global Fund. 

Kemudian ATM terakhir yakninya malaria, kasus malaria di Kota Pekanbaru kebanyakan masih termasuk kasus impor. 

Data terakhir yang dijaring oleh Laboratorium dan Dinkes per Juli 2024 ini adalah 22 orang yang terjangkit malaria. Penyakit malaria ini berasal dari Plasmodium Aedes Anopeles, saat ini ada kasus yang berasal dari luar daerah yakninya Papua.

Hal tersebut diungkapkan Syamsimar, perlu dilakukan penjaringan ketat agar nantinya parasit yang ada di orang yang tertular tidak mengakibatkan wabah di Kota Pekanbaru.

Langkah yang dilakukan Dinkes Pekanbaru untuk menangani malaria diantaranya melakukan kontak survey langsung ke keluarga terjangkit. 

Dan juga biasanya langsung saat itu juga setelah keluar hasil laboratorium untuk diberikan obat malaria.  Untuk dana APBD yang digunakan untuk penanganan malaria sebesar Rp 395.294.430.