BPS Riau Catat IHK Alami Inflasi 0,30 Persen

BPS Riau Catat IHK Alami Inflasi 0,30 Persen

Riaumandiri.co - Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Riau pada Mei 2024 mengalami inflasi 0,30 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan juga dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Riau Asep Riyadi mengatakan jika dilihat inflasi tahunan (Mei 2024 terhadap Mei 2023) Provinsi Riau mengalami Inflasi sebesar 4,41 persen dan secara inflasi tahun kalender, Riau mengalami inflasi sebesar 1,78 persen.

Adapun komoditas penyebab inflasi Mei berasal dari cabai merah sebesar 0,22 persen, emas perhiasan 0,06 persen diikuti nasi dan lauk 0,06 persen, bawang merah 0,5 persen dan beras sebesar 0,2 persen.


"Komoditas yang mengalami deflasi yakni angkutan udara 0,5 persen, kentang 0,04 persen, cabai rawit 0,03 persen, ayam hidup 0,02 persen, tomat 0,02 persen dan baju muslim wanita 0,02 persen," paparnya.

Tingkat inflasi (m to m) tertinggi terjadi di Kota Dumai sebesar 0,70 persen, dan terendah terjadi di Tembilahan sebesar 0,39 persen. Sedangkan Kabupaten Kampar mengalami deflasi 0,27 persen.

Tingkat inflasi (y on y) tertinggi terjadi di Kabupaten Kampar sebesar 6,55 persen dan terendah terjadi di Kota Pekanbaru sebesar 3,39 persen.

"Inflasi Kota Pekanbaru (m to m) 0,52 persen, inflasi kalender 1,62 persen , inflasi tahunan 3,39 persen," katanya.

Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) Riau (m to m) sebesar 167,50, atau mengalami penurunan sebesar 0,66 persen , dengan indeks harga terima petani (it) 198,68 (turun 0,49 persen) dengan penyumbang utama berasal dari komoditas kelapa sawit, cabai ayam ras pedaging, dan kelapa.

"Dari data dapat kita lihat bahwa indeks harga bayar petani justru mengalami kenaikan 0,18 persen atau sebesar 118,61 dengan komoditas penyumbang utama yakni berasal dari cabai merah, bawang merah, upah memanen dan gula pasir," jelas Asep.

Kenaikan harga bawang merah disebabkan karena bencana longsor dan banjir bandang yang melanda Sumatra Barat mengakibatkan jalur distribusi terganggu dan pasokan bahan pangan berkurang sedangkan harga emas mengalami kenaikan karena fluktuasi harga emas global akibat dampak ketidakstabilan ekonomi global dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS.

"Harga sawit turun Penurunan Harga TBS karena dampak dari penurunan harga CPO" ucapnya.

Adapun Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) 164,35, nilai tersebut juga mengalami menurunan sebesar 0,68 persen dengan indeks harga Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 120,89 atau naik sebesar 0,29 persen.

"NTP Provinsi Riau pada bulan ini masih menduduki peringkat ke-2 dari 10 provinsi di Pulau Sumatera, di bawah Provinsi Bengkulu dengan NTP-nya sebesar 175,06.Sementara itu, Kepulauan Riau masih merupakan provinsi dengan NTP terkecil se-Sumatera, yaitu sebesar 106,08," katanya.