Isu Gaza Panas di Universitas Ivy League
Riaumandiri.co - Ketegangan di University of Southern California (USC) semakin memanas. Hal ini, terjadi setelah kampus membatalkan pidato kelulusan mahasiswa berprestasi. USC mengatakan, Asna Tabassum yang beragama Islam tidak lagi diizinkan menyampaikan pidato kelulusan sebagai mahasiswa berprestasi.
Tanpa mengungkapkan detailnya, USC mengatakan keputusan itu diambil berdasarkan alasan keamanan. Langkah ini dilakukan muncul keluhan unggahan anti-Semit di media sosialnya. Hal ini memicu ketegangan yang menolak pidato Tabassum dan mereka yang ingin pidato kelulusan mahasiswa berprestasi tetap digelar sesuai tradisi kampus-kampus di Amerika Serikat (AS).
"Universitas mengkhianati saya dan menyerah pada kampanye kebencian," kata Tabassum pada surat kabar LA Times seperti dikutip dari BBC, Selasa (23/4). LA Times melaporkan kini mahasiswa yang mendukungnya akan menggelar "aksi hening" di mana mereka mengenakan masker dan hoodie sebagai simbol pembungkaman Tabassum.
Sebagai mahasiswa berprestasi tahun 2024 yang diberikan berdasarkan pencapaian akademik dan keaktifan di lingkungan kampus, Tabassum seharusnya memberikan pidato di hadapan 65 ribu orang yang hadir di acara wisuda pada 10 Mei mendatang. Kelompok pro-Israel dan Yahudi menolak penunjukkan Tabassum dengan merujuk ia pernah mengunggah tautan dari situs yang menyerukan "pemusnahan total" Israel.
Tapi, keputusan membatalkan pidatonya juga memicu kemarahan karena dianggap melanggar kebebasan berbicara. Seiring makin intensifnya perselisihan mengenai kebebasan berbicara dan Israel-Gaza di kampus-kampus di AS. Departemen Kepolisian New York membubarkan tenda-tenda pengunjuk rasa pro-Palestina di Columbia University.
Rektor USC Andrew Guzman membantah Tabassum kehilangan kesempatan untuk menyampaikan pidato kelulusan karena apa yang mungkin ia katakan di masa lalu. Guzman mengatakan keputusan tersebut tidak ada hubungannya dengan kebebasan berbicara.
Dalam surat yang membatalkan undangan Tabassum pada Senin (22/4), Guzman menyinggung kekhawatiran keamanan terkait dengan "konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah." Mahasiswa muslim dan pro-Palestina termasuk Tabassum sendiri membantah pidatonya mengancam keamanan kampus dan mengatakan kampus tunduk pada tekanan organisasi pro-Israel.
Petisi yang dibagikan Dewan Hubungan Islam-Amerika, organisasi sipil untuk hak muslim terbesar di AS, mengatakan Tabassum merupakan korban "serangan fanatik yang tidak lebih dari manifestasi Islamofobia dan rasisme anti-Palestina yang terselubung". Dewan meminta USC untuk segera mengubah arah, mengembalikan hak Tabassum untuk berpidato dan memperlakukan semua mahasiswa dengan adil.
Sementara itu salah satu kelompok yang menentang pidato Tabassum, Trojans for Israel mengkritik kampus tidak mengecam kefanatikan anti-Semit yang diucapkan pembaca pidato kelulusan tersebut. Maskot USC adalah prajurit Trojan.
"Dalam suratnya pihak universitas justru menyatakan komunitas Yahudi dan Zionis merupakan ancaman utama," kata kelompok tersebut. Dalam pernyataannya Trojans for Israels mengatakan, mahasiswa Yahudi menerima semakin banyak ancaman pada keamanan mereka karena universitas gagal bertindak dengan kejelasan moral.
Ketua Chabad Jewish Student Center di USC Rabbi Dov Wagner mengatakan, ketegangan berada di titik tertingginya sejak serangan mendadak Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu yang memicu serangan Israel ke Gaza. “Siswa kami putus asa dengan kata-kata pedas yang ditujukan kepada mereka, dan betapa tidak adilnya sentimen dan tindakan mereka digambarkan di media,” katanya kepada BBC.
Mahasiswa USC Danica Gonzalez mengatakan kepada NBC ia yakin argumen keamanan universitas adalah dalih palsu. “Tidak mungkin universitas tidak bisa melindunginya,” katanya, menunjuk pada upacara wisuda tahun lalu yang menampilkan Presiden Barack Obama dan istrinya Michelle. "Hanya saja mereka memilih untuk tidak melakukannya."