APR Dukung Tekad Kuansing Jadi Sentra Batik di Sumatera
Riaumandiri.co - Batik telah menjadi salah satu pendukung peningkatan ekonomi kreatif dan penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Gunung Toar, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau, khususnya di Desa Pisang Berebus, yang telah dinobatkan sebagai Kampung Batik pertama di Pulau Sumatera.
Hal ini diutarakan Bupati Kuansing Suhardiman Amby saat peresmian Rumah Produksi Batik Nagori dan pelatihan pewarnaan kain dengan teknik warna alam, Jumat (1/3).
Kegiatan ini didukung oleh Asia Pacific Rayon (APR) dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Badan Pengurus Daerah (BPD) Riau.
Kata Bupati, Batik Kuansing diharapkan terus menggelora dan menjadikan daerah ini sebagai sentra batik yang dikenal hingga ke seluruh penjuru Indonesia.
"Kita berharap ke depannya Batik Kuansing dan Rumah Batik Nagori terus berkembang dengan kolaborasi yang baik dengan pemerintah dan perusahaan. Seperti APR, yang hadir berperan langsung mendongkrak pertumbuhan batik kita. Kampung batik kita gelorakan hingga seluruh Indonesia tahu bahwa Kuansing sentra batik," sebutnya.
Keterangan foto: Bupati Kuansing Suhardiman Amby dan Presiden Direktur APR Basri Kamba, didampingi Bu Sura, meninjau proses produksi batik di Rumah Produksi Batik Nagori, Jumat (1/3).
Presiden Direktur APR, Basrie Kamba menyampaikan melalui rangkaian kegiatan ini diharapkan bisa mengangkat tekstil Riau melalui industri-industri kecil dan menengah.
"Kolaborasi yang tulus itu penting. Baik dari segi industri, pengrajin, dan pemerintah. Kita ingin mengembangkan kekayaan batik Riau, karena kekhasan budayanya yang berpotensi bisa dituangkan ke dalam motif batik. Mudah-mudahan jadi bagian dari pengayaan batik di Indonesia," sebut Basri yang juga Ketua API BPD Riau.
Katanya lagi, dukungan ini merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan komitmen APR yang tertuang dalam APR2030, yakni menjadikan Riau sebagai pusat tekstil, yang saat ini kerap berkolaborasi dengan API.
Peran serta APR dalam pengembangan batik di Kuansing sejalan dengan program pemberdayaan perempuan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan di sekitar operasional perusahaan.
Pemilik Rumah Produksi Batik Nagori Surmayanti menilai dukungan APR dan API terhadap batik di Kuansing telah memberi pengaruh besar.
Surmayanti yang akrab disapa Bu Sura ini adalah seorang Doktor yang juga merupakan mitra bina Community Development (CD) APR. Ia telah gencar mempromosikan kerajinan batik dengan motif adat kebudayaan Kuansing sejak delapan tahun silam.
"Kita berharap Kuansing jadi kiblat percontohan motif batik dan pewarnaan wastra (kain tradisional) di Riau. Peresmian Rumah Produksi Batik Nagori dan pelatihan pewarnaan dari alam, menandakan awal era baru bagi produksi Batik Kuansing," ungkap Bu Sura.
Saat ini, dalam sebulan Batik Nagori bisa memproduksi 300-600 helai. Dengan peresmian rumah produksi ini, ditargetkan bisa memproduksi 1.000 helai per bulan.
"Dukungan APR telah mempersingkat alur pasok bahan baku. Dulu dari Pulau Jawa untuk jenis kain mori. Kini APR memberi kesempatan untuk menyediakan serat viscose rayon sebagai bahan baku produksi batik kita," jelas Bu Sura.
Saat ini, Batik Nagori telah menghasilkan 20 jenis motif yang telah terdaftar pada Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Pada hari ini, dua motif baru juga diperkenalkan, yakni Motif Banan Maghantia (Kayu Meranti) dan Motif Rantai Rimbo Lestari (keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan). Selain motif baru, juga ada juga produk baru, yakni Tenun Batik HaToyKah, yakni kombinasi antara tenun dan batik.
Bu Sura berharap, produk terbaru Rumah Produksi Batik Nagori ini menjadi produk unggulan di tahun 2024 yang bakal tembus pasar internasional.