Adu Jurus Capres Lawan Stunting
RIAUMANDIRI.CO - Topik kesehatan masyarakat hanya sedikit disinggung dalam debat pamungkan para capres, Ahad (4/2/2024). Isu yang diperbincangkan berkutat di kesehatan ibu dan anak, terutama berkaitan dengan stunting.
Pembahasan masalah stunting muncul saat calon presiden Prabowo Subianto bertanya kepada Ganjar Pranowo terkait masalah gizi anak-anak di Indonesia. Prabowo menanyakan apakah Ganjar setuju dengan program pemberian makan siang gratis untuk mencegah stunting di Indonesia. Sepanjang debat kelima Pilpres 2024 itu, kata ‘stunting’ diucapkan lima kali dan ‘makan’ sebanyak 21 kali oleh Prabowo.
Ganjar menjawab tidak setuju terhadap gagasan Prabowo. Menurutnya, program makan siang gratis dari Prabowo tidak menjawab persoalan stunting di Indonesia.
"Kalau ngasih makannya kepada anak-anak untuk mencegah stunting, saya sama sekali tidak setuju, Bapak, karena Bapak terlambat," jawab Ganjar dalam debat capres di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Ahad (4/2).
Persoalan stunting, kata Ganjar, harus dicermati sejak anak masih dalam kandungan. Pemberian gizi kepada ibu hamil lebih tepat dalam mengatasi stunting.
"Kalau kemudian gizinya baik, mereka lakukan cek rutin, maka akan ketahuan bahwa dia, ibunya, sehatnya anaknya, pertumbuhannya dilihat. Kalau Bapak ngasih gizi kepada ibu hamil, ah itu baru setuju saya. Nanti dia akan lahir, ibunya selamat karena diperiksa," jelas Ganjar.
Menurut Ganjar, program makan siang gratis dari Prabowo bukan untuk menjawab persoalan stunting di Indonesia. Ganjar mengatakan program itu harus dicermati agar tidak menghasilkan generasi yang obesitas. Dia juga menyebut salah satu upaya menekan kasus stunting di Indonesia adalah dengan mencegah pernikahan dini.
"Kalau sudah lahir dan tumbuh, mungkin bukan stunting, itu gizi buruk. Kalau gizi buruk, Bapak mau memperbaiki, boleh. Jadi jangan sampai confuse antara stunting dan pemberian makan. Jadi makannya jangan banyak-banyak, nanti kekenyangan. Jangan sampai nanti terjadi obesitas," pungkas Ganjar.
Melengkapi itu, Anies Baswedan mengatakan persoalan kesehatan masih terlalu fokus pada hal yang bersifat kuratif. Urusan kesehatan harus dilakukan di lintas sektoral, bukan hanya Kementerian Kesehatan dan dinas kesehatan.
"Karena itu, kami melihat, yang disebut sebagai promotif, preventif, kuratif ini harus seimbang. Jadi kesehatan itu harus lintas sektoral. Kami pernah lakukan ini di Jakarta," tambahnya.
Lalu mantan Gubernur DKI Jakarta itu bercerita soal upayanya dalam menangani urusan kesehatan. Salah satunya membangun jalur sepeda dan hal terkait lainnya.
"Yang kita kerjakan misalnya membangun air bersih, misalnya di Kepulauan Seribu, supaya mereka dapat air yang sehat. Yang kedua membangun taman, jalur sepeda, kemudian membangun trotoar, membuat orang berjalan kaki, festival olahraga," ujarnya.