Perekonomian Riau Tumbuh Solid 4,02 persen
Riaumandiri.co - Perekonomian Provinsi Riau menunjukkan tren pertumbuhan yang solid sebesar 4,02 persen dengan didukung oleh permintaan domestik dan inflasi diperkirakan akan tetap terkendali Kamis (30/11).
Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal Pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan.
Di Provinsi Riau, sinergi dan kolaborasi menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi pada 2023.
Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Riau Sudiro Pambudi mengatakan Komitmen yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah bersama berbagai pihak terkait, mampu mendorong peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Riau.
"Pada triwulan III 2023, ekonomi Riau tumbuh solid sebesar 4,02 persen (yoy), sehingga secara keseluruhan tahun 2023 diyakini ekonomi Riau dapat tumbuh pada kisaran 3,9 - 4,5 persen (yoy)," ujarnya
Pertumbuhan yang solid pada triwulan III 2023 terutama didorong oleh permintaan domestik yang tetap kuat, utamanya bersumber dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi.
Inflasi Riau tetap rendah dan terkendali sesuai sasarannya. Dari sisi inflasi, hingga Oktober 2023 inflasi Riau berada pada level yang cukup terkendali yaitu 2,65 persen (yoy), jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar 6,81 persen (yoy).
"Diperkirakan inflasi Riau akan terus terkendali hingga akhir 2023 dan berada pada kisaran yang diharapkan yaitu 3±1 persen. Terkendalinya inflasi Riau tidak terlepas dari sinergi dan upaya yang dilakukan oleh TPID, baik tingkat provinsi maupun kab/kota," papar Sudiro.
Diantaranya melalui pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Riau, yang mengusung 7 (tujuh) Program Unggulan, yaitu 1) Intensifikasi dan Perluasan Titik Pasar Murah, 2) Peluncuran aplikasi informasi harga pangan yaitu KODAI PUANTIPA (Komunikasi dan Informasi Pasar Pantauan Barang Penting dan Harga Pangan), 3) Inovasi Gerakan Tanam, 4) Diversifikasi Pangan, 5) Pemberian Bantuan Alat Pertanian, 6) Perluasan Kerja sama Antar Daerah (KAD), dan 7) Penguatan Koordinasi dan Komunikasi.
Sinergi juga terwujud dalam upaya pemerataan ekonomi melalui program pengembangan UMKM dan digitalisasi perekonomian. Bank Indonesia melakukan sinergi dengan berbagai pihak terkait dalam mengakselerasi pengembangan UMKM, melalui 3 (tiga) strategi, yaitu: 1) Akselerasi Ekspor UMKM melalui promosi perdagangan dan business matching, 2) UMKM Go Digital melalui implementasi pembayaran digital, aplikasi pencatatan keuangan SIAPIK, dan onboarding UMKM, 3) Pengembangan Klaster Pangan Strategis melalui digital farming dan hilirisasi.
Secara keseluruhan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 sebesar 2,9%, kemudian melambat menjadi 2,8% pada 2024. Inflasi di negara maju masih berada di atas target dengan tekanan yang mulai mereda.
Dengan perkembangan inflasi ini, suku bunga kebijakan moneter termasuk Federal Funds Rate (FFR) diprakirakan bertahan tinggi dalam jangka waktu yang lama (higher for longer). Sehingga, ketidakpastian pasar keuangan masih berlanjut dan berpengaruh terhadap volatilitas aliran modal dan tekanan nilai tukar di negara emerging market.
Meski demikian, perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan resiliensinya. Kinerja ekonomi triwulan III 2023 tumbuh sebesar 4,94% (yoy), ditopang oleh kuatnya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi.
Pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap baik pada triwulan IV 2023, tercermin pada beberapa indikator dini seperti keyakinan konsumen, ekspektasi penghasilan, dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan dalam kisaran 4,5-5,3%. Pertumbuhan ekonomi 2024 diprakirakan meningkat didorong oleh tetap baiknya keyakinan konsumen, positifnya pengaruh pelaksanaan Pemilu, dan berlanjutnya pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN).