PBB Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Riaumandiri.co - Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di seluruh dunia serempak mengibarkan bendera setengah tiang pada Senin (13/11) untuk menghormati lebih dari 100 staf yang meninggal dunia di Jalur Gaza Palestina imbas agresi Israel.
Bendera biru-putih PBB tampak dikibarkan setengah tiang pada pukul 09.30 pagi waktu setempat di kantor PBB Bangkok, Tokyo, dan Beijing. Kantor PBB lainnya pun mengikuti hal serupa.
Di markas besar PBB New York, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres memimpin para anggota badan kemanusiaan itu mengheningkan cipta selama satu menit. Kantor pusat PBB ini juga mulai berkabung pada pukul 09.30 pagi waktu setempat.
"Sejak awal konflik ini, lebih dari 100 staf UNRWA kehilangan nyawa mereka," tulis Guterres di X.
"Mereka tidak akan pernah dilupakan," ucapnya, seperti dikutip AFP, Senin (13/11).
Badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan pada Senin bahwa 102 karyawannya telah meninggal dunia dan 27 lainnya terluka di Jalur Gaza sejak konflik meletus 7 Oktober lalu.
Ini merupakan jumlah tertinggi staf PBB tewas dalam konflik, sepanjang sejarah badan tersebut.
Meski kantor PBB di seluruh dunia berduka, kantor PBB di Gaza justru tidak bisa melakukan demikian.
"Staf UNRWA di Gaza menghargai PBB yang mengibarkan bendera setengah tiang di seluruh dunia," kata direktur UNRWA di Gaza, Tom White, dalam sebuah pernyataan.
"Namun di Gaza, kami harus menjaga bendera PBB berkibar tinggi sebagai tanda bahwa kita masih berdiri dan melayani rakyat Gaza," ucap dia melanjutkan.
Israel tanpa henti membombardir Jalur Gaza sejak Hamas melancarkan serangan mendadak pada 7 Oktober lalu di sejumlah kota Negeri Zionis, yang menewaskan 1.200 orang. Menurut pejabat Israel, sekitar 242 orang juga disandera dalam serangan tersebut.
Sementara itu, jumlah korban tewas di pihak Palestina hingga Senin (13/11) mencapai lebih dari 11.200. Mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan.
UNRWA, yang memiliki 13 ribu staf di seluruh Gaza, menyatakan pihaknya melindungi sekitar 780 ribu orang di lebih dari 150 fasilitas di wilayah tersebut.
Setidaknya 66 orang yang berlindung di fasilitas UNRWA meninggal dunia sejak 7 Oktober, menurut badan tersebut. Lebih dari 560 orang dilaporkan terluka.