Jepang Lakukan Pembuangan Limbah Radioaktif Tahap Ketiga ke Laut
Riaumandiri.co - Jepang pada Kamis (2/11) memulai gelombang ketiga pembuangan air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang rusak, menuju ke Samudera Pasifik.
Pelepasan air limbah nuklir Fukushima tahap ketiga ini akan berlangsung hingga 20 November, menurut kantor berita Kyodo yang berbasis di Tokyo.
Meskipun mendapat penolakan dari China dan Rusia, Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO) selaku pemilik dan operator pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi mengatakan akan tetap melanjutkan rencananya untuk membuang air limbah nuklir itu ke laut.
Perusahaan tersebut berencana membuang sekitar 460 ton air limbah per hari ke laut sekitar satu kilometer dari pantai melalui terowongan bawah air, kata laporan itu. Tahap keempat pembuangan akan dimulai pada Maret 2024 dengan melepaskan total sekitar 31.200 ton air.
Pada pelepasan sebelumnya, sekitar 460 ton air olahan telah dilepaskan setiap hari selama 18 hari. Jepang mulai melepaskan air limbah radioaktif yang telah diolah dari PLTN Fukushima pada Agustus, yang memicu reaksi keras dari China dan partai-partai oposisi di Korea Selatan dan Kepulauan Solomon.
PLTN ini memiliki lebih dari satu juta ton air limbah yang telah diolah dan akan dibuang selama proses 30 tahun. Pada 2011, gempa bumi dan tsunami yang mengguncang Jepang menyebabkan kerusakan parah pada pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.
Kerusakan tersebut menyebabkan kecelakaan nuklir yang merupakan yang terbesar sejak Chernobyl pada 1986. Kecelakaan tersebut memaksa penutupan pembangkit listrik tersebut.
Sejak akhir Agustus 2023, TEPCO secara bertahap membuang air limbah setara 540 kolam renang Olimpiade yang disimpan di kompleks PLTN Fukushima-Daiichi. PLTN tersebut kehabisan ruang untuk membangun lebih banyak tangki air, dan TEPCO perlu membersihkan area untuk melakukan tugas yang jauh lebih berbahaya, yaitu menghilangkan bahan bakar radioaktif dan puing-puing dari tiga reaktor yang rusak.
Menurut Jepang, air limbah olahan dari PLTN Fukushima tidak berbahaya dan sangat encer di laut, kemudian dibuang secara bertahap selama puluhan tahun. Klaim tersebut didukung oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) setelah melakukan survei dampak lingkungan, termasuk dengan mengambil sampel air dan ikan.
Namun, China dan Rusia mengkritik pembuangan limbah PLTN Fukushima serta melarang semua impor makanan laut dari Jepang. TEPCO dan perusahaan-perusahaan Jepang lainnya dibanjiri telepon kritik dari China setelah pembuangan limbah tahap awal.