Tujuh Negara Ekonomi Maju Berencana Larang Impor Berlia Rusia
Riaumandiri.co - Kelompok tujuh negara ekonomi maju utama dunia (G7) berencana melarang masuknya berlian dari Rusia. Larangan itu akan berlaku di tengah konsumen dan produsen yang berjuang mengelola semakin kompleksnya rantai pasokan di tengah lesunya permintaan.
Dengan penjualan langsung permata Rusia yang sudah terpukul akibat sanksi AS terhadap penambang berlian Negeri Beruang Merah, Alrosa, G7 kini sedang dalam proses membahas rincian larangan lebih lanjut atas penjualan tidak langsung di negara anggotanya.
Sebelum undang-undang ini diberlakukan, produsen mengatakan pelanggan di negara Barat menghindari batu permata dari Rusia, yang merupakan produsen berlian kasar terbesar di dunia berdasarkan volume yang menguasai 30 persen pasar.
Tiffany, bagian dari grup mewah Prancis LVMH, mengatakan pada Maret tahun lalu bahwa pihaknya telah berhenti membeli berlian kasar dari Rusia.
Label grup barang mewah Richemont yang berbasis di Swiss, termasuk Van Cleef & Arpels, melangkah lebih jauh dengan mengirimkan para eksekutif untuk mengunjungi pemasok di India dan mempekerjakan auditor eksternal untuk melihat aliran batu permata dalam rantai pasokan.
Larangan yang diusulkan oleh G7 kini berisiko semakin memperumit rantai pasokan, pada saat permintaan sudah berada di bawah tekanan besar.
Dengan berbagai usulan yang sedang dipertimbangkan, industri saat ini sedang memperdebatkan bagaimana negara asal berlian harus diperiksa, di mana pemeriksaan tersebut harus dilakukan, dan berapa ukuran batu, kasar atau dipoles, yang harus menjadi bagian dari aturan.
"Ini semua tentang luasnya dan seluk-beluk interkoneksi dalam rantai pasokan yang membuat hal ini sulit secara teknis," ujar Analis berlian Paul Zimnisky seperti dikutip Reuters, Selasa (31/10).
Permintaan perhiasan berlian sendiri sudah menurun di Amerika Serikat, yang menyumbang 55 persen permintaan global, karena tingginya suku bunga, pemulihan pascapandemi yang lamban di Tiongkok, dan persaingan dari berlian yang diproduksi di laboratorium.
India - yang memotong dan memoles 90 persen berlian kasar dunia - bulan lalu meminta penambang global untuk berhenti menjual permata kasar selama dua bulan untuk mengelola akumulasi stok. Artinya, saham di penambang berlian akan tumbuh.
Laporan De Beers, produsen berlian kasar terbesar di dunia berdasarkan nilai, mengatakan meski permintaan perhiasan berlian global akan tetap berada di atas tingkat sebelum pandemi, kondisi ekonomi 2023 masih sulit.
"Peningkatan inflasi dan kenaikan suku bunga terus mempengaruhi kepercayaan konsumen dan belanja di beberapa negara konsumen berlian utama, termasuk AS dan Eropa," terang perusahaan.