Plus Minus Koalisi Besar
Oleh M Jamiluddin Ritonga*
PELUANG koalisi besar akan terwujud semakin besar setelah lima ketua umum partai pendukung pemerintah berkumpul di kantor PAN.
Koalisi besar yang awalnya diwacanakan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, terlihat mendapat respon baik dari Presiden Joko Widodo saat bertemu Ketua Umum Gerindra, Golkar, PKB, PAN, dan PPP.
Kalau koalisi besar terbentuk, tentu asa plus minusnya. Plusnya, pasangan capres yang diusung berpeluang hanya dua. Kalau hal ini terwujud, maka Pilpres 2024 cukup satu putaran.
Pilpres satu putaran dapat menghemat anggaran. Hal ini pas di tengah APBN yang relatif berat.
Minusnya, dengan hanya dua pasangan, rakyat tidak banyak diberi alternatif pilihan. Padahal idealnya demokrasi diharapkan memberi lebih banyak pilihan, apalagi masyarakat Indonesia yang begitu heterogen.
Selain itu, keterbelahan akan semakin menguat di tengah masyarakat. Padahal keterbelahan akibat Pilpres 2019 masih menguat. Antara kampret dan cebong masih kental di masyarakat, yang membuat masyarakat terbelah secara dikotomis.
Minus lainnya, bila koalisi besar menang pada Pilpres 2024, maka dominasi partai pendukung pemerintah sangat kuat. Hal ini dapat memperlemah DPR dalam pengawasan, seperti yang terjadi saat ini. DPR praktis sangat lemah dihadapan pemerintah.
Sebaliknya, bila Koalisi Perubahan yang menang, DPR berpeluang sangat kuat. Sebab, Koalisi besar akan mendominasi DPR, yang akan terus mengganggu pemerintah. Pemerintah akan terus jadi bulan-bulanan, sehingga sulit bekerja maksimal karena minimnya dukungan dari DPR.
Karena itu, koalisi besar tersebut diharapkan tidak melibatkan PDIP. Kalau ini terwujud, maka pada Pilpres 2024 diharapkan tetap ada tiga pasangan capres yang maju.
Dengan begitu, akan ada pasangan capres dari koalisi besar, PDIP, dan Koalisi Perubahan. Pilihan ini diharapkan dapat meminimalkan keterbelahan di tengah masyarakat.
Selain itu, peluang dominasi di DPR juga dapat diminimalkan. Hal itu dapat memberi ruang pasangan capres yng menang untuk bekerja lebih maksimal. (*Mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta)