Pengamat: Koalisi Gerindra-PKB Bubar Jika Prabowo Ambil Khofifah sebagai Cawapres
RIAUMANDIRI.CO - Pertemuan tertutup antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, di Surabaya, Senin (13/2/2023), menurut pengamat komunikasi politik M Jamiludin Ritonga membicarakan Pilpres 2024.
"Prabowo tampaknya meminta kesediaan Khofifah untuk menjadi cawapresnya pada Pilpres 2024," kata Jamil kepada media ini, Rabu (15/2/2023).
Jamil menyebut ada dua indikasi ke arah itu. Pertama, pertemuan dilakukan tertutup. Artinya, ada hal sangat rahasia yang ingin disampaikan Prabowo kepada Khofifah. Hal rahasia itu untuk saat ini kiranya berkaitan dengan pendampingnya pada Pilpres 2024.
"Pertemuan itu tampaknya lanjutan yang dilakukan 3 Mei 2022. Karena itu, pertemuan tertutup di kawasan Gubeng itu untuk mematangkan duet Prabowo-Khofifah pada Pilpres 2014," kata Jamil.
Kedua, Prabowo memuji Khofifah setelah usai pertemuan. Pujian terhadap keberhasilan Khofifah memimpin Jawa Timur mengindikasikan kelayakannya menjadi cawapres.
"Pujian Prabowo itu merupakan bentuk komunikasi politik indirect. Prabowo tidak menyatakan ini lho bakal cawapresnya. Namun dengan menyatakan beragam prestasi Khofifah, Prabowo sudah memberi sinyal inilah sosok yang paling layak jadi cawapresnya," kata Jamil.
Jamil melihat duet Prabowo-Khofifah memang lebih kompetitif dibandingkan Prabowo-Cak Imin. Suka tidak suka Khofifah memang lebih menjual daripada Cak Imin.
"Jadi, Prabowo akan berpeluang menang di Jawa Timur bila berpasangan dengan Khofifah. Hal itu dapat menebus kekalahannya di Jawa Timur pada Pilpres 2019," kata Jamil.
Hanya saja, kata Jamil, kalau Khofifah nantinya jadi cawapresnya Prabowo, maka tertutuplah peluang Muhaimin Iskandar (Cak Imin) untuk menjadi cawapres. Padahal, cak Imin sudah melakukan berbagai manuver agar Prabowo menjadikannya cawapres.
""Karena itu, bila Khofifah jadi cawapresnya Prabowo bukan restu Cak Imin, maka ada kemungkinan koalisi Gerindra-PKB akan bubar. PKB bisa saja berlabuh ke Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) atau ke PDIP," kata Jamil.
Kalau hal itu terjadi, maka Gerindra belum dapat mengusung Prabowo-Khofifah pada Pilpres 2024. Sebab, presidential threshold (PT) 20 persen tidak terpenuhi.
"Ini menjadi simalakama bagi Prabowo bila memaksakan Khofifah menjadi cawapresnya. Pilihan sulit bagi Prabowo. Pilih Cak Imin tapi peluang kalah besar. Namun pilih Khofifah, PT 20 persen tidak terpenuhi. Padahal Prabowo berharap Pilpres 2024 akan mengantarkanya menjadi RI 1," kata Jamil. (*)