Seorang Mahasiswa Asal Indonesia Mengisahkan Kejadian Gempa di Turki
RIAUMANDIRI.CO - Seorang warga negara
Indonesia (WNI) asal Provinsi Sulawesi Selatan Ismawan Amir, mahasiswa Istanbul
Ticaret University yang selamat dari bencana gempa Turki menceritakan kejadian
gempa dan kondisi kekinian pasca gempa di lokasi pengungsian.
"Saya mencoba menghubungi teman-teman Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kahramanmaras lewat bantuan Ketua PPI Istanbul tetapi belum ada jawaban. Di Group WhatApp foto-foto mereka menunjukkan sedang berkumpul di dalam aula kampus," kata pria yang pernah berkecimpung di dunia jurnalis ini, dikutip dari Antaranews, Rabu (8/2/2023).
Isman melaporkan dari Istanbul, pagi
tadi di layar televisi setempat, Wakil Presiden Turki Fuat Oktay merilis jumlah
korban yang tewas terus bertambah menjadi 3.419. Sementara korban yang luka
sekitar 20.534 orang. Konferensi pers itu dilakukan 24 jam setelah gempa di
Turki dan sebagian wilayah Suriah.
Gempa yang berkekuatan magnitudo 7,8 itu terjadi Senin subuh saat banyak orang
masih tertidur. Video-video amatir yang tersebar di grup WhatsApp dan linimasa
Turki menunjukkan bangunan yang runtuh, ambruk, dan jalanan yang terbelah. Orang-orang
berlarian ke jalanan sambil berteriak minta tolong. Korban berjatuhan, paling
banyak tertimbun di bawah reruntuhan.
Presiden Turki RT Erdogan mengumumkan hari berkabung nasional akibat gempa
bumi. Ia meminta masyarakat dan kantor perwakilan negara asing mengibarkan
bendera setengah tiang hingga Ahad, 12 Februari 2023.
Pemerintah bergerak cepat melalui badan darurat Turki, AFAD. Sejak kemarin,
13.000 tim penyelamat dikirim ke lokasi terdampak gempa. AFAD juga merilis
telah mengirim 2600 personil penyelamat yang datang dari 65 negara membantu
penyelamatan korban gempa.
Negara-negara Uni Eropa dan Rusia juga mengirim bantuan untuk penyelamatan
korban gempa. Tak hanya itu, bantuan juga datang dari Asia seperti Jepang,
Malaysia, Uzbekistan, dan Taiwan.
Hujan salju
Disebutkan, saat ini di Turki menghadapi musim dingin yang ekstrim. Salju,
angin, dan hujan membuat udara semakin dingin. Para korban gempa yang berada di
bawah reruntuhan juga mendapat ancaman baru, kedinginan.
Begitu juga dengan para penyelamat, mereka sulit mengevakuasi korban karena
cuaca belum bersahabat. Mereka berlomba dengan waktu untuk menyelamatkan korban
yang kedinginan di dalam reruntuhan.
Beberapa foto menunjukkan para korban semalam berkumpul di sekitar api unggun
untuk menghangatkan badan. Kabarnya, para penyintas belum berani kembali dan
tinggal di dalam rumah karena sering terjadi gempa susulan. Meski demikian,
pemerintah Turki telah menyiapkan 54 ribu tenda untuk para penyintas di lokasi
gempa.
"Mereka sudah tak berani kembali ke apartemen karena trauma. Semalam
mereka menyalakan api unggun agar tetap hangat karena cuaca sangat dingin, dan
salju yang lagi turun," ujarnya lagi melalui pesan WhatsApp yang
diterima di Makassar.
Rencananya mereka akan dievakuasi oleh KBRI. Kabar terbarunya, tak ada korban
jiwa dari mahasiswa Indonesia di Kahramanmaras. Hanya satu orang yang luka
karena terkena reruntuhan.
Pelajar Indonesia di Turki juga sementara berusaha menggalang donasi untuk
disalurkan ke korban di lokasi gempa. Kondisi medan yang sulit, sedang turun
salju sehingga KBRI sarankan agar LSM dari Indonesia berkoordinasi dengan
pemerintah Indonesia, Kemenlu RI atau Palang Merah Indonesia (*)