Jamiluddin Ritonga: Pendamping Anies antara AHY dan Khofifah
RIAUMANDIRI.CO - Partai Demokrat menyatakan sepakat dengan Nasdem untuk mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden pada Pilpres 2024. PKS pun sudah memberi kepastian akan mengusung Anies.
Pengamat komunikasi politik M Jamiluddin Ritonga memprediksi Koalisi Perubahan beranggotakan Partai NasDem, Demokrat dan PKS itu tak lama lagi akan mendeklarasikan Anies sebagai bakal calon presiden (capres).
Sedang calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendamping Anies kemungkinan akan dideklarasikan setelah koalisi lainnya mengumumkan pasangan capres yang diusung.
"Pada saat itu sudah terang benderang pasangan capres kompetitor. Hal itu akan memudahkan Koalisi Perubahan menentukan cawapres yang berpeluang mendulang suara untuk memenangkan suara, khususnya di Pulau Jawa," kata Jamil kepada media ini, Sabtu (28/1/2023).
Pilihan di Pulau Jawa itu kata Jamil, karena memiliki 60 persen suara. Siapa yang menguasai suara di Pulau Jawa, maka akan memenangkan Pilpres.
"Karena itu, Koalisi Perubahan tampaknya masih menghitung kekuatan Anies di Pulau Jawa. Hasilnya akan dijadikan dasar untuk memilih cawapres yang dapat menambah suara di mana Anies lemah," kata Jamil.
Hingga saat ini, kata Jamil, Anies unggul di Jakarta, Jabar, dan Banten. Ganjar Pranowo menguasai Jateng dan Yogyakarta. Sementara Prabowo Subianto Unggul di Jatim.
Dari basis suara itu, Anies terlihat lemah di Jateng, Yogyakarta, dan Jatim. Namun untuk Jateng dan Yogyakarta tampaknya akan tetap dikuasai Ganjar.
"Jadi, hanya tinggal Jatim menjadi ajang pertempuran untuk dikuasai Anies. Untuk itu, Anies perlu cawapres yang dapat mendongkrak suaranya di Jatim," katanya.
Dia melihat ada dua sosok yang layak dipilih menjadi pendamping Anies sebagai cawapres, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Khofifah Indar Parawansa.
"Di atas kertas kedua sosok ini sama kuat di Jatim. AHY selain kuat di basis nasionalis, juga diterima di warga Nahdliyin. AHY juga diterima kalangan milenial di Jawa Timur," kata Jamil.
Selain itu, AHY juga mendapat sokongan dari pendukung Susilo Bambang Yodhoyono (SBY). Pendukung SBY hingga saat ini masih cukup banyak. Mereka umumnya masih berpengaruh di Jawa Timur.
AHY juga akan mendapat sokongan dari pendukung Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak. Pendukung Emil dari kalangan nasionalis dan Nahdliyin di Jatim juga sangat besar. Begitu juga dukungan dari milenial.
"Karena itu, AHY akan dapat menambah suara secara signifikan di Jatim bila dijadikan cawapres mendampingi Anies. Jatim akan dapat dikuasai dengan menggunakan jaringan dan mesin politik yang dimilikinya," nilai Jamil.
Sementara Khòfifah menurut Jamil, kuat di kalangan Nahdliyin. Memang Jatim basis Nahdliyin. Karena itu, peluang suara ke Khofifah akan besar bila dijadikan cawapres Anies.
Selain itu, Khofifah juga dapat menarik suara Nahdliyin di Jateng dan wilayah lain. Meskipun peluangnya tidak terlalu besar untuk mendongkrak suara ke Anies. Karena kekuatan Khofifah memang di Jatim.
"Jadi, Koalisi Perubahan tinggal memilih AHY atau Khofifah menjadi pendamping Anies. Meskipun secara keseluruhan AHY tampak lebih unggul dari Khofifah dalam mendulang suara," sebutnya.
Setidaknya menurut Jamil, AHY memiliki mesin politik di Jatim. Hak itu dapat digerakkan kapan saja untuk mendongkrak suara. Apalagi Jatim selama ini memang lumbung suara Partai Demokrat.
Untuk memastikannya, Jamil menyarankan partai koalisi melakukan survei bersama. Melalui survei diharapkan diketahui sosok mana yang dapat mendongkrak suara di Jatim.
"Dengan begitu, penentuan pendamping Anies benar-benar diputuskan secara objektif, sehingga membantu menutupi lemahnya dukungan warga Jatim kepada Anies," kata dosen Universitas Esa Unggul itu. (*)