Rusia Copot ‘Jenderal Armageddon’ Sebagai Pemimpin Invasi di Ukraina
Riaumandiri- Menteri Pertahanan Sergei Shoigu telah menunjuk Kepala Staf Umum Valery Gerasimov menggantikan Sergey Surovikin sebagai komandan pasukan yang baru. Dia akan bertugas memimpin operasi militer khusus atau lebih dikenal dengan invasi di Ukraina. Sergey Surovikin dicopot jabatannya sebagai komandan perang di Ukraina di tengah sederet kekalahan Negeri Beruang Merah belakangan ini
Langkah tersebut tidak hanya
membuat Gerasimov secara langsung bertanggung jawab atas nasib penyerangan
tersebut, tetapi juga pada dasarnya menurunkan pangkat Jenderal Sergei
Surovikin.
Sosok yang dijuluki
"Jenderal Armageddon" oleh media Rusia karena kekejamannya yang
terkenal itu sebelumnya bertugas sebagai Komandan Pasukan Gabungan Rusia.
Sebuah pernyataan Kementerian
Pertahanan mengatakan, perombakan dimaksudkan untuk meningkatkan kontak antara
berbagai cabang militer. Keputusan ini juga mempertimbangkan kualitas dan
efektivitas dari struktur komando.
Surovikin merupakan jendral
Angkatan Bersenjata Rusia dan Komandan Angkatan Dirgantara. Dia menjabat posisi
komandan tertinggi pada tiga bulan lalu dengan dilantik oleh Presiden Vladimir
Putin.
Menurut laporan BBC, kini
Surovikin menempati posisi wakil komandan tertinggi. Sedangkan Jenderal
Gerasimov yang menjabat sejak 2012 adalah kepala staf umum Rusia terlama di era
pasca-Soviet.
Mathieu Boulegue dari lembaga
think-tank Chatham House di London mengatakan, dalam menggeser keputusan Gerasimov,
Putin dapat mencoba meningkatkan pengaturan manual atas manajemen perang.
Putin pun dinilai membelokkan
kritik dari ultra-nasionalis pro-perang di dalam dan di luar Istana Kremlin. Komentator pro-perang Rusia tidak terkesan
atas keputusan perombakan tersebut.
"Jumlahnya tidak berubah,
hanya dengan mengubah tempat bagian-bagiannya," tulis seorang blogger
militer terkemuka yang memposting di aplikasi pesan Telegram dengan nama Rybar.
Rybar mengatakan, Surovikin yang
merupakan seorang veteran kampanye Rusia di Chechnya dan Suriah dijadikan
korban untuk serangkaian bencana militer Rusia baru-baru ini.
Salah satu peristiwa itu
termasuk serangan Ukraina terhadap barak Rusia di kota Makiivka yang menewaskan
sedikitnya 89 tentara Rusia termasuk wajib militer pada Tahun Baru.