Putin: Rusia Siap Negosiasikan Solusi Konflik Ukraina
RIAUMANDIRI.CO– Presiden Rusia
Vladimir Putin kembali menyampaikan bahwa negaranya siap bernegosiasi dengan
semua pihak yang terlibat untuk menghentikan konflik di Ukraina. Menurutnya,
keputusan untuk berunding memang perlu diambil guna melindungi warga Rusia.
"Kami siap untuk bernegosiasi
dengan semua orang yang terlibat tentang solusi yang dapat diterima, tetapi itu
terserah mereka. Bukan kami yang menolak untuk bernegosiasi, mereka yang
menolak," kata Putin dalam sebuah wawancara dengan televisi pemerintah
Rusia, Ahad (25/12/2022).
Meski terkesan melunak, Putin
yakin tawaran negosiasi adalah hal yang tepat. “Saya percaya bahwa kami
bertindak ke arah yang benar, kami membela kepentingan nasional kami,
kepentingan warga negara kami, rakyat kami. Dan kami tidak punya pilihan lain
selain melindungi warga negara kami,” ucapnya.
Dengan pernyataan terbarunya,
sepanjang pekan ini Putin telah dua kali menyampaikan kesiapan Rusia terlibat
dalam perundingan guna mengakhiri konflik di Ukraina.
"Tujuan kami bukan untuk
memutar roda konflik militer, tetapi sebaliknya, untuk mengakhiri perang ini.
Kami akan berusaha untuk mengakhiri ini, dan tentu saja lebih cepat lebih
baik," ujar Putin pada Kamis (22/12/2022) lalu.
Menurut Putin, semua konflik bersenjata akan berakhir lewat jalur diplomatik. "Cepat atau lambat, pihak mana pun dalam keadaan konflik duduk bersama dan membuat kesepakatan.
Semakin cepat kesadaran ini datang pada mereka yang menentang kami, semakin baik. Kami tidak pernah menyerah dalam hal ini," ucapnya.
Konflik Rusia-Ukraina telah
berlangsung selama 10 bulan. Sepanjang konflik, Kiev memperoleh dukungan
politik dan militer dari Barat, terutama Amerika Serikat (AS). Terhadap Rusia,
Barat menerapkan sanksi ekonomi berlapis dan terberat yang pernah diberlakukan.
Perang Rusia-Ukraina sempat memicu gejolak dalam harga pangan dan energi global. Hal itu membuat negara-negara yang berada di luar blok Barat dan Rusia menyerukan agar konflik di Ukraina segera dihentikan.
Sebab negara miskin dan berkembang yang tak
terlibat apa pun dalam peperangan tersebut harus turut memikul dampaknya.(rep)